ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
25 April 2015, 21:04

Kaleidoskop Rektor ITS, Kupas PTN-BH dan Kaderisasi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Di acara yang dimoderatori oleh Presiden BEM ITS Imran Ibnu Fajri ini dipaparkan rekam jejak tugas oleh rektor ITS sebelumnya Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA. Triyogi menitikberatkan pada proses transisi ITS menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH).

Menurutnya, sekarang hingga beberapa waktu ke depan adalah periode yang menentukan. Sebab, jika ITS ke depan sudah resmi berstatus PTN-BH, maka kesempatan ITS untuk mengembangkan diri akan semakin luas lagi. "Lebih bebas menjadi PTN-BH dibanding BLU apalagi Satuan Kerja yang harus selalu melaporkan setiap pendapatan ke pemerintah," ujarnya.

Disinggung masalah pembiayaan akademik, Triyogi menekankan bahwa skema biaya pendidikan tidak akan berubah. "Sehingga tidak ada yang namanya UKT akan mahal jika menjadi PTNBH, tidak begitu," jelas alumni Jurusan Teknik Mesin ITS ini.

Elemen yang tidak ketinggalan dibahas adalah menyoal Majelis Wali Amanat (MWA) yang serupa dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Seperti diketahui, MWA bertugas mewakili semua elemen mahasiswa yang ada di kampus dimana hanya diwakili oleh satu orang saja. Meskipun MWA boleh diwakili siapa saja, Triyogi berpendapat bahwa presiden BEM ITS akan lebih bagus jika dipilih sebagai MWA. Dibanding jika harus mencari orang lain lagi yang belum yakin apakah dia dapat amanah mewakili suara KM ITS.

Hal menarik lain yang juga menyemarak yakni tentang kaderisasi. Sebuah proses pencetakan kader-kader terbaik dari ITS berawal dari sini. Menurut Triyogi, kuliah 144 sks itu tidaklah cukup untuk bisa disebut sebagai seorang insinyur. Terdapat 856 sks lain yang harus dicari sendiri oleh mahasiswa dengan cara mengembangkan diri, salah satunya dengan berorganisasi. "Kalau sekarang hanya jadi staf bagian konsumsi, di kepanitiaan lain harus bisa lebih, jadilah ketuanya," seru Triyogi.

Prof Ir Joni Hermana MscES PhD, Rektor ITS pun sepakat mengenai hal tersebut. Menurutnya, perlu suatu wadah dan pertemuan untuk duduk bersama memikirkan cara terbaik mencetak kader-kader hebat. Kondisi yang ada di internal ITS sudah mengalami pergeseran. Mahasiswa cenderung lebih bangga dengan himpunan mahasiswa di jurusan masing-masing dibandingkan almamater institut. Hingga, pendekatan yang terintegrasi yang melibatkan dosen, karyawan, alumni, para ahli, perlu dilakukan. "Tidak hanya mengandalkan himpunan semata," kata Joni.

Di akhir, Presiden Bem ITS Periode 2011-2012, Dalu Nuzlul Kirom turut bersuara mengenai suksesi kepemimpinan di ITS. Ia mengatakan kuliah tidak hanya menjadi makna simbolis yang hanya mengandalkan nilai semata. Tetapi apakah mahasiswa bisa menyelesaikan tantangan yang ada selama berkuliah.

Karena itu, lanjutnya, kaderisasi tidak semata menyoal pada seorang yang menuruti apa kehendak sang senior atau menghapal yel-yel dengan sorak-sorai gembira. "Itulah mengapa saya berani menitipkan ijazah saya karena saya yakin bisa sukses menjadi seorang entrepreneur," pungkasnya menceritakan kisahnya yang banting stir sebagai pengusaha ini. (owi/man)

Berita Terkait