Sebanyak 180 mahasiswa hadir dalam aksi penanaman kali ini. Menurut keterangan Hikmah Susetyo, Ketua Departemen Sosial Masyarakat HIMATEKLA, sebelum dilakukan penanaman, para peserta terlebih dahulu diberi penyuluhan oleh pihak pengelola daerah mangrove.
Meski demikian, Tyo mengungkapkan masih banyak kendala yang dihadapi oleh para peserta, terutama kondisi lapangan. Menurutnya, lokasi penanaman kali ini bisa dibilang cukup ekstrem karena harus melewati semak-semak dan menyeberangi beberapa sungai. Terlebih lagi, kata Tyo, lokasi penanaman yang sudah mulai direndami air karena air laut pasang turut menjadi masalah tersendiri. "Bahkan, kedalaman lumpur bisa sampai di atas paha," ujarnya kepada ITS Online.
Tyo menjelaskan, aksi penanaman kali ini cukup unik karena jumlah mangrove yang ditanamn mencapai 300 buah. Usut punya usut, katanya, jumlah ini dipilih karena disesuaikan dengan ulang tahun HIMATEKLA yang ke-30. Sementara itu, saat ditanya mengenai perawatannya, Tyo mengungkapkan bahwa setiap peserta diharuskan membayar sebesar 5 ribu rupiah. "Nantinya biaya tersebut akan diberikan kepada pihak pengelola untuk dilakukan perawatan terhadap mangrove yang sudah kami tanam," jelasnya.
Di akhir, Tyo berharap acara ini bisa mendorong pihak atau instansi lain untuk melakukan kegiatan pelestarian lingkungan lainnya. Bahkan, ia juga ingin agar acara ini bisa menjadi acara rutin HIMATEKLA dan bisa menggandeng pemerintah kota Surabaya. "Sesuatu yang besar dapat terjadi setelah suatu yang kecil bisa tercapai lebih dahulu," pungkas mahasiswa asal Ngawi ini. (pus/ady)