Fuad Aulia Bahri, ketua acara, menjelaskan kejuaraan ini sebagai ajang persiapan atlet-atlet karate ke tingkat yang lebih tinggi. "Seperti ke Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah, Provinsi, maupun Nasional,” terangnya.
Untuk peserta, imbuh Fuad, sebagian besar berasal dari UKM Karate-Do. Namun, lanjutnya, ada pula yang berasal dari luar UKM yaitu dari Jurusan Teknik Kimia dan Teknik Material dan Metalurgi. ”Gara-gara ada publikasi mengenai pertandingan karate pada Pomits tahun ini akhirnya mereka ikut meramaikan kegiatan dua tahun sekali ini,” ujarnya
Diakui Fuad, ada perbedaan peraturan dengan kejuaraan tahun sebelumnya. Tahun ini, peserta yang tidak bisa masuk ke final bisa main lagi bahkan berpotensi mendapatkan podium juara. "Tapi hanya bisa mendapatkan juara tiga saja," jelasnya.
Sementara itu, untuk kelas pertandingan tidak mengalami perubahan. Ada dua kelas pertandingan yaitu kata dan kumite. ”Kata merupakan gerakan yang menyerupai tari-tarian, tapi sebenarnya gerakan nya memiliki makna tersendiri. Ada juga kumite yang merupakan lomba bertarung satu lawan satu,” rinci Fuad.
Fuad menambahkan, untuk sistem perhitungan poin pada karate, jika memukul pada dada dan kepala bernilai satu. Namun, jika tendangan pada badan dan kepala bernilai dua.
Dalam karate, kata Fuad, sangat dilarang melakukan tendangan maupun pukulan, kemudian menempel di tubuh terlalu lama. "Kalau kita memukul menggunakan kekuatan sebesar 50 Newton, maka kita juga harus menarik dengan kekuatan yang sama," imbuhnya.
Dengan adanya kegiatan ini, Fuad berharap peserta bisa tahu kalau bertanding profesional itu seperti apa. "Pada pertandingan ini kami mendatangkan wasit dari Forum Karate Indonesia (Forki) Jawa Timur," tambahnya. Forki sendiri merupakan organisasi perwasitan bagi pertandingan karate. (hil/ady)