Nongkrong yang diselenggarakan di Ruang Sidang Teknik Lingkungan pada sore hingga larut malam ini mengupas tema tentang peran FTSP dalam mendukung visi maritim ITS dan korelasinya dengan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia. Selain itu, dalam nongkrong ini juga disinggung mengenai kondisi kekinian pembangunan infrastruktur, dan tantangan konservasi pesisir, serta bagaimana membangun ekonomi kreatif masyarakat pesisir.
Sebanyak tiga pembicara dari FTSP diundang untuk memberikan pemaparan sebagai bahan diskusi mahasiswa. Mereka adalah Prof Ir Joni Hermana, MSc ES PhD, dosen Teknik Lingkungan, Dian Rahmawati, ST MT, dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, serta Raditya Eka, SSn MDes, dosen Desain Produk Industri.
Sebagai rektor terpilih, Joni membawa visi maritim dalam program kerja yang akan dilakukan. Menurutnya, ITS harus mampu menjadi institusi unggul di bidang maritim. Untuk itu, seluruh elemen jurusan di ITS harus berkomitmen dalam mendukung visi ini. Dikatakan Joni, caranya adalah roadmap penelitian di masing-masing laboratorium harus mengarah kepada peningkatan aspek maritim. ”Maka pada suatu saatnya nanti, jika orang ingin belajar maritim, harus masuk ITS,” harapnya.
Adapun peran yang dapat diambil oleh mahasiswa FTSP dalam bidang maritim menurut Joni ada di bidang pembangunan infrastruktur maritim. Contohnya dalam mendukung tol laut sebagai rencana besar Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, mahasiswa FTSP bisa turut andil dalam membangun pelabuhan, misalnya.
Sementara itu, menurut Dian Rahmawati, saat ini banyak infrastruktur yang dibangun di daerah pesisir sebagai dampak dari berkembangnya perindustrian dan perekonomian masyarakat. Parahnya, infrastruktur tersebut tidak jarang berseberangan dengan upaya pelestarian kawasan pesisir yang banyak tersimpan keanekaragaman hayati. ”Kita tidak tahu, apakah infrastruktur yang dibangun itu sudah memperhatikan analisis mengenai dampak lingkungan?,” tanya Dian, merangsang respon peserta.
Untuk itu, Dian menyarankan agar segala bentuk pembangunan yang dilakukan di kawasan pesisir harus memperhatikan aspek lingkungan dan ekosistem. Karena selama ini, banyak industri yang dibangun oleh pihak swasta tanpa melibatkan para ahli dari berbagai bidang.
Kondisi pesisir yang mayoritas masyarakatnya tergolong menengah ke bawah juga menarik perhatian Raditya Eka untuk didiskusikan. Menurutnya, para nelayan perlu memiliki kreativitas yang tinggi dalam memanfaatkan sumber daya laut dan pesisir. ”Ini lah pentingnya ekonomi kreatif dalam masyarakat pesisir, harusnya kita bisa memanfaatkan limbah perikanan menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi,” ungkap dosen berambut gondrong itu.
Imran Ibnu Fajri, Presiden BEM ITS berharap mahasiswa ITS semakin sadar bahwa kemaritiman sebagai visi ITS bukan hanya menjadi tugas Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) saja. Menurutnya, semua bidang bisa masuk ke dalam ranah maritim. Oleh karena itu, BEM ITS berencana mengadakan roadshow maritim selanjutnya ke seluruh fakultas di ITS.
”Saya juga berharap ke depan, lebih banyak dosen yang terlibat aktif dalam diskusi maritim seperti ini, karena pasti mereka memiliki kapasitas ilmu yang lebih untuk disalurkan kepada mahasiswa,” harapnya. (mis/*)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi