ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
24 Februari 2015, 05:02

Yuk Kenali Pulau Maratua dan Poteran

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam pertemuan ini, para SR&DT Batch 1 berkesempatan untuk memaparkan proyek awal mereka tahun lalu di Pulau Poteran dan Maratua kepada para peserta. Pemaparan pertama dibawakan oleh Dr techn Endry Nugroho Prasetyo SSi MEng yang telah berhasil mengembangkan industri tanaman Moringa (kelor,red) dan Seaweed (rumput laut,red) di Pulau Poteran, Madura.

Sebelum memaparkan proyeknya, terlebih dahulu Endry mengenalkan kondisi ekonomi, industri, dan potensi yang terdapat di Pulau Poteran. Menurutnya, meski pulaunya cukup kecil, namun Poteran memiliki tanah yang subur. "Tanaman apapun yang ditanam, pasti rasanya manis. Sehingga kita tidak butuh lagi fertilizator," jelasnya kepada peserta.

Bagi Endry, Pulau Poteran yang dekat dengan perairan juga sangat potensial untuk mengembangkan rumput laut. Oleh karena itu, ia bersama SR&DT Batch 1 mulai memperkenalkan metode menanam yang modern kepada para petani di Poteran sehingga produksinya bisa bertahan. "Yang jelas, petani di sana harus senang dalam menjalani pekerjaannya. Apalagi Seaweed dan Moringa memiliki nilai ekonomi yang tinggi," tegasnya.

Joseph Fauzi, salah satu partisipan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pun mengungkapkan dukungannya terhadap proyek yang dikerjakan oleh Endry ini. Menurutnya, saat ini banyak investor yang tertarik untuk mengembangkan industri Seaweed dan Moringa. "Keuntungan dari industri ini bisa sangat besar. Apalagi Sumenep termasuk penyumbang hasil Seaweed terbesar di Indonesia," tuturnya.

Joseph menjelaskan, industri ini sudah berjalan selama lebih dari 20 tahun. Namun, kualitasnya menurun akibat kurangnya kontrol dari pemerintah. "Kondisi ini membuat para petani langsung menjual hasil Seaweed tanpa diolah terlebih dahulu. Mereka ingin mendapat uang secara cepat," terang lelaki paruh baya ini. Karena  itu, Joseph sangat mendukung proyek ini.

Berbeda dengan Joseph, komentar lain dilontarkan oleh Dr Ronny Adhikarya. Ia menjelaskan para petani di Poteran jangan hanya diajarkan mengenai metode penanaman secara modern, namun juga cara pengolahannya. "Kalau hasil olahan tidak bisa dijual di luar negeri, penuhi pasar dalam negeri saja. Kalau hanya menjual, mereka tidak bisa berkembang," tegasnya kepada forum.

Lebih lanjut, seusai pemaparan Endry, presentasi dilanjutkan oleh Dr Ing Setyo Nugroho dan Dr Badrus Zaman yang menyoal pengembangan Digital Island di Pulau Maratua. "Saat ini kami sedang membenahi transportasi dan teknologi informasi di Maratua. Hal ini dilakukan untuk mempermudah mobilitas penduduk dan juga turis," jelas Setyo.

Selain itu, kedua dosen Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS ini juga mengembangkan Digital Education pada pulau yang berada di laut Sulawesi ini. "Berbicara mengenai pengembangan pulau, tentu harus memikirkan generasi selanjutnya. Supaya mereka bisa melanjutkan pengembangan pulaunya sendiri," jelas Badrus.

Sayangnya, lanjut Badrus, Pulau Maratua masih memiliki pasokan listrik yang sangat minim. Kondisi ini menyebabkan fasilitas pendidikan di sini juga sulit untuk dikembangkan. Tak hanya itu, di Pulau Maratua bahkan hanya memiliki satu Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang baru dibangun. "Untuk itulah kami mengembangkan soft infrastructure lewat Digital Education ini," pungkasnya. (pus/man)

Berita Terkait