”Bencana, jika kita mengenalinya maka kita bisa selamat,” begitulah kata-kata yang dikutip dari peneliti dalam bidang mitigasi bencana alam ini. Kali ini, ia memberikan materi mengenai Geologi Bencana dimana ia bertutur bahwa gunung berapi di Indonesia memiliki model kerucut tinggi besar seperti Gunung Semeru. Adapun tipe letusannya bisa bertipe eksplusif maupun implusif. Untuk tipe explusif sendiri memiliki ciri-ciri materialnya menyemburkan lahar ke atas. Sedangkan untuk implusif laharnya menyembur melewati lembah-lembah gunung atau sungai.
Lebih lanjut, aktivitas gunung berapi juga bisa diibaratkan seperti waduk yang mengisi debit air. Jika telah penuh atau muatannya sudah banyak maka dia akan meluap ataupun jebol. Begitu pula dengan gunung, gunung jika lambung lavanya penuh dia akan meletus. "Maka dari itu, terdapat istilah periode letusan gunung berapi tiap berapa tahun sekali," terangnya.
Misalnya saja periode letusan Gunung Sinabung yang terjadi selama ratusan tahun. Hal itu berarti membuktikan bahwa gunung tersebut membutuhkan waktu sebanyak itu guna mengisi lambung lavanya. Selanjutnya dicontohkan dengan Gunung Kelud yang memiiliki siklus tujuh tahunan dan Gunung Semeru yang memiliki waktu antara tiga hingga lima tahun sekali.
Tak lupa, ia juga menjelaskan mengenai alat pendeteksi gempa bumi, yakni seismograf. Dikatakannya, alat ini tidak hanya dapat mendeteksi kekuatan gempa, tetapi juga dapat mengukur sejauh mana kedalaman lokasi magma yang berada di perut gunung tersebut. "Jika kecepatan aliran magma sudah mencapai batas sepuluh kilometer dari bibir gunung, biasanya penduduk akan segera diungsikan," paparnya.
Pun demikian, untuk melakukan pendeteksian gempa bumi, dibutuhkan empat seismograf secara langsung untuk memantau aktivitas gunung. Hal ini dilandaskan agar penghitungan yang dilakukan lebih akurat. ”Tidak hanya menggunakan seismograf saja, kita juga dapat melihat dengan perubahan gundukan dari gunung tersebut, mengambil sampel bahan dari kawah, dan menggunakan gelombang elektromagnetik,” tambahnya.
Menurutnya, hasil erupsi gunung berapi tidak hanya mengeluarkan lava, lahar dingin, awan panas, dan debu saja. Namun, ada beberapa gunung yang mengeluarkan gas beracun, yaitu gas karbon monoksida (CO). Ia meyakini gas tersebut sangatlah berat bila dibandingkan dengan gas oksigen (O2) sehingga menyebabkan keberadaannya terletak di bawah satu meter dari atas tanah. "Biasanya yang meninggal akibat gas ini adalah bayi, hewan ternak, dan orang tidur," jelasnya.
Tidak hanya menjelaskan mengenai berbagai hal terkait gunung berapi. Amien pun menuturkan mengenai lumpur lapindo dimana temuannya menyebutkan bahwa di dalam lumpur itu terdapat senyawa lithium yang sangat banyak. ”Dan dapat dimanfaatkan untuk membuat baterai,” tutupnya. (ila/man)
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh