ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
06 Februari 2015, 15:02

Komunitas Main Hati Jadi Primadona 1001 IDE

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bentuk game yang dipamerkannya pun beraneka ragam. Ada yang berupa game manual dengan kartu dan mainan, ada pula yang sudah menggunakan game virtual menggunakan komputer. Stan game ini sukses membuat antrian panjang para pengunjung. Seperti di satu stan Dyah Rachmawati, mahasiswa tahun pertama Jurusan Despro.

Dalam pameran ini mahasiswa yang akrab disapa Dyah ini menciptakan sebuah board game dengan kartu dan pion. Namanya Wall Attack. Menurut mahasiswi Program Studi (Prodi) Desain Komunikasi Visual (DKV) ini, karyanya terinspirasi dari board game hitam putih bernama Goal yang sering dia mainkan.

Game tersebut menceritakan tentang kehidupan di masa depan. Di mana manusia, alam, cyrog (alien, red) dan robot saling berkompetisi satu sama lain. Wall attack memisahkan papan permainan menjadi empat bagian, masing masing karakter harus menjalankan pion layaknya catur hingga raja lawan termakan pion. Untuk menjalankan pion, pemain harus mengambil kartu dengan instruksi di dalamnya.

Hebatnya, mulai dari konsep hingga finishing karya dibuat sendiri oleh Dyah. Papan permainan pion hingga kartu untuk menjalankan game juga dia gambar sendiri. Kerja kerasnya pun terbayar karena spot Wall Attack ramai pengunjung yang antri memainkan game karyanya. Mahasiswi asal Sidoarjo ini pun mengaku senang, meskipun sempat lelah karena harus menjelaskan peraturan permainan berulang-ulang. "Tadi sempat saya tinggal karena lelah," ujarnya sambil tertawa.

Tak mau kalah dengan Dyah, kolaborasi antara Thoriq Galuh dan Shanaz Amira membuat game berjudul Thanks God I’m on Campus. Berbeda dengan Dyah yang membuat permainan manual, Thoriq dan Shanaz memilih membuat game komputer.

Game ini mensimulasikan kehidupan mahasiswa ketika memasuki dunia perkuliahan. Dengan memiliki konsep novel game, banyak narasi dan pertanyaan yang digunakan. Di game ini, karakter akan menemui banyak karakter, ada yang baik dan ada pula yang jahat.

Karakter baik disini adalah aktivis mahasiswa, sedangkan karakter buruknya adalah geng dan penjual narkoba. Jawaban karakter akan pertanyaan di game inilah yang akan menentukan apakah karakter akan terpengaruh karakter baik.  "Atau malah terjerumus di lingkungan buruk," ungkap Thoriq.

Mahasiswa yang juga menjadi konseptor game ini mengaku gamenya terinspirasi dari pengalaman menjadi mahasiswa. Status mahasiswa memberikan banyak kebebasan baginya, dan memungkinkan banyak pengaruh baik maupun buruk. Maka dari itu, lewat game tersebut, Thoriq ingin mengingatkan mahasiswa untuk selalu berhati-hati dalam bergaul.

Dalam game ini sediri, Thoriq berperan sebagai programmer, sedangkan desain karakter dan tampilan visual didesain oleh Shanaz yang merupakan mahasiswa baru Prodi DKV. Berdua, mereka membuat game ini atas nama Prestoindies.

Thoriq mengaku game ini merupakan proyek terbesarnya selama ini. Dulu, Thoriq sering membuat game kecil. Rencananya, di bawah nama Prestoindies, Thoriq akan menjajal menjual game tersebut di situs penggemar game.

Melalui pameran ini, Thoriq mengaku semangat berkaryanya menjadi lebih terpompa. Thoriq ingin lebih mengembangkan skill membuat game-nya. “Juga untuk menunjukkan bahwa hobi bermain game pun juga bisa menghasilkan uang,” pungkasnya. (gol/oly)

Berita Terkait