Cerita pengalaman pertama datang dari Artin Finalita, Yashinta Nurrahma, dan Roechajaningsih yang berkesempatan untuk magang di Mahidol University pada akhir September lalu. Selain menceritakan tentang fasilitas yang mengesankan, menurut Yashinta, konsep manajemen sumber daya manusia di salah satu universitas terbaik di Thailand itu tergolong unik.
Konsep Happy Mahidol University misalnya. Karyawan didorong agar selalu bahagia, dengan cara pengaturan waktu bekerja, bersosialisasi, bermain, dan berkreasi yang seimbang. "Hal ini akan menciptakan atmosfer kerja yang nyaman, sehingga produktivitas karyawan pun juga meningkat," ungkap Yashinta.
Konsep ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan sosial bersama, penyediaan fasilitas karyawan yang memadai, kegiatan yang diadakan khusus untuk karyawan, atau sekadar kartu ucapan ulang tahun bagi karyawan yang berulang tahun. "Meskipun terlihat sepele, namun karyawan akan merasa sangat diperhatikan," lanjut staf Jurusan Perencanaan Wilayah Kota (PWK) ini.
Hal unik lain yang disoroti adalah konsep Routine to Research (R2R) yang diberlakukan Mahidol University. Karyawan diberi kesempatan untuk menciptakan metode, sistem kerja, buku panduan, artikel, atau bahkan jurnal yang berisi tentang pekerjaan sehari-hari. Setelah melalui rangkaian proses review oleh komite, hasil karya karyawan akan diterbitkan di website resmi R2R dan mereka akan dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Lain halnya dengan Indah Tri Sukmawati dan Reza Megakriswardani. Keduanya turut berbagi pengalamannya ketika berada di Kasetsart University, Thailand. Mereka menyoroti tentang International Affair Division (IAD) dan Kurdi Research Fund (KRF) yang ada di Kasetsart University. IAD berkonsentrasi penuh kepada perkembangan riset dan kerjasama antara Kasetsart University dengan institusi luar negeri. Sedangkan KRF merupakan lembaga penelitian yang didukung penuh oleh universitas, baik dari segi dana maupun fasilitas.
Ada pula cerita pengalaman di Asian Institute of Technology (AIT) dari Pungky Mukti Wibowo. Karyawan dari Jurusan Teknik Elektro ini berkesempatan untuk mengamati langsung pelayanan sarana dan prasarana yang ada di AIT.
Sementara itu, Luki Triyahya, Faisal Rizal, dan Sri Lestari berkesempatan untuk menceritakan pengalamannya di King Mongkut’s University of Technology (KMUTT). Mereka menyoroti laboratorium dan teknologi canggih yang diaplikasikan oleh KMUTT. Bahkan, Sri Lestari yang merupakan staf Lembaga Pengembangan Teknologi Sistem Informasi (LPTSI) ITS terkagum melihat ruang server di KMUTT dan teknologi cloud server yang diterapkan. Ia menambahkan, ITS sedang mematangkan konsep cloud server ini untuk dapat diaplikasikan beberapa waktu ke depan.
Ada cerita menarik pula dari Dwi Purnomo dan Sigit Prayitno yang magang di Suranaree University of Technology (SUT), Thailand. Sigit yang merupakan staf Perpustakaan Puat ITS menyoroti teknologi yang diterapkan oleh SUT. Menurut Sigit, mereka sangat mengembangkan self service machine untuk pengembalian dan peminjaman buku, atau bahkan layanan Ask A Librarian, yang menghubungkan staf dan mahasiswa lewat video call. Perpustakaan SUT juga memiliki ASEAN Corner, tempat ratusan koleksi karya tulis dari seluruh negara ASEAN.
Sementara itu, Dwi Purnomo menyoroti sistem kerja di Institute of Engineering di SUT. Ia berpendapat, untuk membentuk sebuah lingkungan kerja bertaraf internasional, sumber daya manusianya harus memiliki skill yang kompeten, kemampuan bahasa asing yang mumpuni, serta budaya kerjasama yang baik.
Rangkaian sharing session pada siang hari itu ditutup oleh cerita pengalaman dari Ami Wida Sari. Ami adalah satu-satunya perwakilan ITS dalam program Interweave Erasmus Mundus di Cardiff Metropolitan University, Inggris. "Karyawan harus dilibatkan untuk menyumbangkan ide, tidak hanya dosen. Jadi mereka akan merasa diperhatikan sehingga performa kerjanya juga lebih bagus," pungkas Ami. (o7/guh)