ITS News

Minggu, 14 Desember 2025
27 November 2014, 17:11

IT FEST Hadirkan Workshop ITPreneurship

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Hadir sebagai pembicara pertama, Aryo Nugroho menuturkan jika awal berdirinya Catfiz adalah pada tahun 2011 silam. Saat itu, ia beserta beberapa temannya melihat sebuah peluang bisnis di bidang pemesanan untuk perangkat mobile. Inovasi yang dibuatnya pun berisi penambahan fitur-fitur menarik pada tampilan chatting serta komen status di sebuah group chat.

Dari situ, pengembangan aplikasi pun terus dilakukan, hingga berselang setahun kemudian ia pun akhirnya dapat merilis aplikasinya di internet. Awalnya, terdapat 500 ribu pengguna aktif pada April 2012, tujuh bulan kemudian meningkat menjadi 2,2 juta pengguna. "Saat itu, hampir tercatat 10 ribu pengguna baru tiap harinya di 50 negara berbeda," jelas pria yang mengenakan kemeja putih ini.

Kemudian, hingga saat ini aplikasi yang dibuatnya itu telah mengalami beberapa pengembangan. Pembaharuan tersebutlah yang disebutnya sebagai peluang bisnis di bidang IT. "Kami tidak cepat puas, beberapa saran dari pengguna selalu kami perhitungkan demi memberikan layanan yang terbaik untuk mereka," jelasnya.

Aryo pun berpesan, jika dewasa ini sangat banyak peluang bisnis di bidang IT yang sedang dibutuhkan di Indonesia. Riset yang dilakukannya menunjukkan 97 persen masyarakat Indonesia meluangkan lima jam waktunya untuk melihat TV dan beberapa gadget lainnya. Untuk itu, ia pun berharap para peserta yang datang di ruangan tersebut mampu mengikuti jejak bisnisnya. "Minimal kalian bisa menciptakan sesuatu yang berguna untuk orang banyak dan berbasis IT," tuturnya.

Sementara itu, tampil sebagai pembicara kedua, Risma Suherja menuturkan jika peluang bisnis lain yang sedang berkembang di Indonesia adalah melalui bisnis animasi dan souvenir. Ia mencontohkan seperti serial animasi kartun spongebob. Ia yakin tidak hanya film-filmnya yang laris diburu penonton, tetapi souvenir apapun yang serupa dengan kartun itu pasti akan laku di pasaran.

Melihat fenomena  itu, ia ditemani dua temannya bertekad mengembangkan bisnis di bidang animasi. Maka, terbentuklah Hompimpa Animation, dimana hingga saat ini sudah mendapat job untuk menayangkan film animasi di Indonesia. "Kompetitor bisnis animasi di Indonesia masih sedikit, saat ini saja yang terbesar mungkin MD Animation, yang memproduksi film Adit & Sopo Jarwo itu," jelas Risma.

Hompimpa Animation sendiri diakui Risma sudah merilis beberapa seri film animasi terbaru. Mulanya, proses produksi film animasinya dilakukan secara manual, yakni menggunakan teknik motion capture dengan alat yang sederhana. Tetapi, dengan terus berkembangnya tim animator, ada investor yang melihat dan tertarik untuk membelikan alat produksi animasi hingga Rp 700 juta. "Itu sebuah rejeki yang kami terima, sekarang kami jadi lebih profesional dalam bekerja," jelas laki-laki berambut  lurus tersebut.

Di akhir, Risma pun menjelaskan salah satu kunci sukses dalam menjalani bisnisnya adalah adanya tekanan, logika, imajinasi dan pengalaman. Dengan tekanan tantangan yang berasal dari lingkungan dan diri sendiri lalu dihubungkan dengan logika dan imajinasi maka akan menghasilkan sebuah rencana ide yang bagus. "Tentunya tak akan sebagus imajinasi kita apabila tidak ada pengalaman kerja sebelumnya," pungkas Alumni Jurusan Desain Produk Industri ITS tersebut. (akh/man)

Berita Terkait