Pelatihan bertaraf internasional tersebut mengundang beberapa pakar serta tokoh yang berkompeten di bidang shipping, port dan power plant. Selain itu, hadir pula pihak dari pemerintah, asosiasi, dan badan klasifikasi. Mereka adalah Biro Klasifikasi Indonesia, Pertamina Shipping, PT Pelabuhan Indonesia III, Class NK, dan masih banyak lainnya.
Sementara itu, Sembawang Shipyard Pte Ltd, salah satu perusahaan galangan terbesar di Singapura sengaja diundang untuk menjadi pemateri dalam pelatihan tersebut. Pasalnya, perusahaan ini memiliki anak perusahaan bernama Ecospec Global Technology Pte Ltd. Ecospec merupakan perusahaan yang dikhususkan untuk menciptakan teknologi ramah lingkungan yang bisa diaplikasikan dalam dunia kemaritiman.
Ketua Jurusan Transportasi Laut, Ir Tri Achmadi Ph D mengungkapkan, tujuan diadakannya pelatihan ini untuk berbagi pengetahuan mengenai green technology. Tak hanya untuk mahasiswa FTK, tapi untuk seluruh jurusan di ITS dan para pelaku industri kemaritiman.
Menurut Tri, persoalan laut selalu membawa konsekuensi kerusakan lingkungan. Kerusakan tersebut meliputi polusi udara, kotoran sistem balas dan pendingin. ”Kami tidak ingin menciptakan teknologi yang menghasilkan limbah terhadap lingkungan,” tegasnya.
Ultra Low Frequency Wave
Pemateri dalam pelatihan ini, Chew Hwee Hong menuturkan bahwa pengembangan green technology ini sangatlah penting. ”Saat ini PH air laut semakin menurun setiap tahunnya. Bahkan sekarang PH air laut telah mencapai 7.6 ,” ungkapnya.
Menurutnya, hal ini disebabkan oleh aktivitas industri yang berlokasi di laut. Ia juga menambahkan, jika PH air laut sampai berada di bawah angka 7.2, maka laut tersebut telah mati.
Untuk itulah, ia memperkenalkan green technology yang diusung perusahaannya kepada para peserta. Green technology tersebut adalah Ultra Low Frequency Wave (ULFW), gelombang ultra dengan frekuensi rendah.
Dipaparkan oleh Chew, teknologi ini dirancang untuk segala jenis industri, bukan hanya untuk kapal saja. Namun, hanya untuk alat-alat yang bersentuhan dengan air. Hal ini karena lingkungan yang mengandung air lebih rentan menimbulkan kerusakan lingkungan.
Hebatnya, teknologi ULFW ini juga bisa membunuh bakteri-bakteri yang tidak diinginkan. ”Bakteri-bakteri ini biasanya terdapat dalam air yang disimpan dalam kapal. Seperti air untuk sistem balas dan juga air tawar yang sengaja disimpan untuk kebutuhan penumpang kapal,” ujarnya.
Penggunaan ULFW ini hanya memanfaatkan gelombang suara untuk melaksanakan tugasnya dalam memperbaiki segala kerusakan lingkungan. Mulai dari mencegah terjadinya korosi hingga mengurangi emisi udara akibat aktivitas industri. Penggunaan ULFW itersebut dinilai lebih ramah lingkungan, karena tanpa menggunakan bahan kimia dan proses pemanasan.
Di akhir, Chew sangat berharap nantinya mahasiswa yang hadir bisa menciptakan green technology yang lebih inovatif dari ULFW. ”Ini adalah kesempatan emas bagi mereka untuk membuat teknologi yang berbeda. Supaya mereka bisa berguna dan memberi manfaat bagi kehidupan banyak orang,” pungkas Managing Director Ecospec ini. (pus/sha)