Dr Eng Unggul Wasiwitono ST M Eng Sc, Kepala Deputi International Office menjelaskan, di ITS terdapat sebuah badan yang bernama Pusat Inkubator ITS yang merupakan wadah bagi para alumni dan firesh graduate untuk mengembangkan bisnis, ide inovasi, dan teknologi. Tak lupa, dia menjelaskan terdapat Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) yang merupakan lembaga riset dan pengabdian masyarakat.

Dalam bidang riset, Unggul menjelaskan, bahwa ITS mendapatkan dana penelitian riset dan teknologi pada tahun 2012 mengenai rancang bangun multi guna pedesaan. "Dalam hal ini, outputnya adalah dapat memproduksi sebuah kendaraan bermotor,"jelasnya.

Kemenperin disini mendukung ITS untuk segera merealisasikan proyek pembuatan mobil sendiri dengan semua komponen, suku cadang, mesin, spare part buatan dalam negeri.  Terdapat suatu desa di Pasuruan yang membuat komponen mobil, seperi baut. Sementara di Cepu juga terdapat industri pengecoran logam. "Jika hal ini dapat di integrasikan, kita dapat membuat mobil buatan sendiri," jelasnya.

Sementara itu, Adolf Hutabarat, Kasie Kerjasama Teknik dan Promosi Industri Kemenperin RI, menuturkan bahwa terdapat dua kategori usaha yang dapat  dilakukan oleh masyarakat, yakni Usaha kecil Menengah (UKM) dan IKM . Perbedaan dari keduanya, UKM hanya menjual suatu produk satu unit dan dananya terbatas, sedangkan IKM adalah industri yang membuat suatu produk. IKM sendiri merupakan salah satu segmen industri yang dapat dijadikan tumpuan dalam penciptaan iklim wirausaha yang dapat menyerap tenaga kerja.

Selain itu, menurut Adolf, UKM dan IKM yang berhasil adalah UKM atau IKM dari masyarakat yang memilki jenjang perkuliahan S1. "Hal ini dikarenakan, mahasiswa S1 telah memiliki cukup ilmu dalam berwirausaha dan memiliki kemauan kuat unuk berwirausaha," jelasnya.

Guna mendukung iklim wirausaha, ITS sendiri memiliki mata kuliah wajib yaitu technopreneur. Pada mata kuliah ini, mahasiswa ITS dituntut untuk memiliki jiwa wirausaha. (ila/ady)