Mengenakan kemeja pendek berwarna hitam, ia menyambut ITS Online yang akan mewawancarai dirinya. Di tengah kesibukannya mengurusi JMMI, pria asli Magetan ini tetap berusaha mengagendakan waktu untuk sekedar berbincang santai dengan orang lain. Ia pun menceritakan perjalanannya saat mengikuti kegiatan akbar National Leadership Camp (NLC). "Ini merupakan pertama kalinya saya keluar negeri," ujarnya membuka pembicaraan.
NLC merupakan program dari Institute of Leadership Development-Universitas Indonesia (iLead-UI) bekerjasama dengan SGB Nusantara Malaysia. Kegiatan tahun ini merupakan program NLC yang kedua. Sebelumnya diselenggarakan pada September 2013. Acara tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan serta mengakselerasi potensi bibit-bibit unggul muda Nusantara yang memiliki beragam latar belakang, peminatan, dan keahlian.
Arti kata Nusantara tidak terbatas untuk negara Indonesia saja tetapi semua negara Asia Tenggara yang memiliki darah melayu. Negeri-negeri yang masuk kedalam rumpun tersebut antara lain Malaysia, Thailand, Brunei, dan Singapura.
Pelaksanan NLC ini berbarengan dengan KP yang ia ikuti di Lembaga Penerbangan dan Antarikasa Nasional (Lapan). "Waktu itu saya langsung dihubungi oleh panitia NLC," tuturnya. Pria yang akrab dipanggil Rifai tersebut cukup kaget karena dirinya masuk kedalam kategori close recruitment.
Kekagetannya kian bertambah saat tahu bahwa yang ikut close recruitment adalah para petinggi organisasi mahasiswa dan mahasiswa berprestasi yang ada di kampus masing-masing.
Ada kisah yang cukup unik sebelum ia pergi ke negeri Jiran. "Sempat saya dianggap tidak masuk ke dalam daftar peserta sampai tiga kali," ceritanya dengan sedikit mengernyitkan dahi. Ia merasa bahwa apa yang ia terima mungkin memang bukan rezekinya. Selang beberapa hari sebelum berangkat, dirinya mendapat pesan dari salah satu panitia bahwa ia mewakili Surabaya di NLC 2014.
Keajaiban yang lain juga datang menghampiri Rifai. Ia mendapat kemudahan saat membuat paspor. Ketika itu, ada salah satu anggota DPR dengan sukarela membantu pembuatan paspor miliknya. Maka pembuatan paspor pun bisa diselesaikan dalam tempo satu hari. "Jika membuat paspor tidak dari daerah asal maka pembuatannya akan lama," terangnya.
Saat akan pergi ke Malaysia, Rifai mendapat restu dari salah satu kepala bidang yang ada di LAPAN. "Beliau bahkan sangat mendukung keberangkatan saya, dan meminta agar bisa membawa juara ke ke hadapannya," ucapnya senang.
Peserta yang hadir dalam acara itu ada lebih dari 200 orang. Sebanyak 50 di antaranya berasal dari Indonesia. Di dalam NLC ini sendiri Rifai mendapat juara pertama dalam lomba socialpreneur.
"Projek yang saya angkat bernama Wakaf Kita," tuturnya. Rifai melanjutkan, ide dari projeknya itu ia gabungkan dengan organisasi di luar kampus yakni kampus peduli. Sistem dari projek tersebut adalah mengumpulkan anak jalanan se-Asia Tenggara untuk dibekali dengan keterampilan yang diperlukan oleh mereka.
"Dulu pernah ada salah satu dosen di Universitas Indonesia (UI) yang membuat program semacam ini," ujarnya menceritakan latar belakang idenya. Bahkan, salah satu didikan sang dosen pernah ada yang masuk ke UI.
Selain lomba dan seminar, NLC ini mempertemukan seluruh peserta dalam sebuah forum untuk membahas keadaan negara masing-masing. "Serasa bertemu dengan keluarga sendiri, dalam forum itu kami membicarakan tentang bahasa, kebudayaan dan masih banyak lagi," tutur mahasiswa Jurusan Geomatika itu.
Ada satu hal yang cukup membuatnya tertawa tatkala salah satu perwakilan dari Malaysia. "Kalau dulu Indonesia berkata ganyang Malaysia, sekarang ganti jadi Indonesia sayang malaysia," ujarnya menirukan.jelasnya.
Perwakilan dari setiap negara juga menceritakan tentang beberapa hal yang harus diperbaiki. Di antaranya media yang seringkali menjadi pemicu perseteruan antar negara.
Rifai juga menceritakan kekaguman para peserta tentang lagu kebangsaan Indonesia Raya. Ada banyak dari mereka yang bahkan mencoba menyanyikan lagu tersebut. "Menurut kawan saya yang dari Malaysia, lagu Indonesia itu membuat hati bersemangat bahkan sampai merinding," pungkasnya. (hil/ran)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi