ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
02 Oktober 2014, 16:10

Diskusi Terbuka Bahas Dilema Kenaikan BBM

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Belakangan, isu kenaikan harga BBM memang menjadi sorotan berbagai kalangan masyarakat, tak terkecuali dengan mahasiswa ITS.  Rencana pemerintahan Jokowi-JK untuk menaikan harga BBM sebesar Rp 3000/liter ini menuai banyak pendapat pro dan kontra.

Seperti diketahui kenaikan harga BBM akan memicu krisis ekonomi di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan inflasi sebesar 3,5 persen. "Bahkan, setiap kenaikan harga BBM sebesar Rp 500 akan menambah 1,5 juta jiwa rakyat miskin di Indonesia," ungkap Aisyah Dewi Muthi’ah, salah satu peserta diskusi.

Padahal, lanjutnya, di akhir tahun 2015 mendatang Indonesia akan memasuki pasar ASEAN Economic Community (AEC). Ia mengatakan inflasi sebesar itu tentu akan memaksa banyak sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) yang menjadi komponen penguat sektor Industri di Indonesia untuk gulung tikar. Hal ini juga diperparah karena efek domino kenaikan BBM yang akan semakin menghimpit rakyat, terutama mereka yang berdomisili di luar pulau Jawa.

Menurutnya, kenaikan BBM secara rasional akan menambah tingginya biaya distribusi yang berimbas kepada level harga bahan pokok yang beredar di masyarakat. Namun di sisi lain, subsidi BBM telah terlalu banyak menyedot APBN pemerintah Indonesia. Belum lagi masih banyak sektor lain yang perlu diperhatikan seperti bidang infrastruktur dan pangan Indonesia yang masih carut-marut.

Mengenai hal tersebut, salah satu peserta lainnya juga mengungkapkan kebijakan subsidi BBM sudah terlalu lama ‘menina-bobokan’ rakyat Indonesia. Ia menambahkan selama ini subsidi BBM hanya merupakan alat politik untuk menuai simpati rakyat. ”Harga BBM sejatinya sudah melesat jauh lebih tinggi dari harga yang diketahui rakyat saat ini,” ungkapnya.

Belum lagi kasus subsidi BBM yang dianggap tidak tepat sasaran. Data dari LPEM FE-UI menunjukkan kaum non miskin menggunakan subsidi BBM premium 8,2 kali lebih banyak dari kaum miskin. ”Juga subsidi BBM yang terlalu terkonsentrasi di daerah Jawa-Bali. Subsidi BBM seharusnya hak semua rakyat, namun nyatanya pembagian subsidi belum merata," ungkap Muhammad Yusuf Hasbi Avissena, pimpinan diskusi.

Alhasil, forum ini pada akhirnya pun memutuskan untuk tetap menaikkan harga BBM. Hanya saja, cara menaikannya diupayakan untuk tidak mendadak dan langsung dalam jumlah besar. Pengurangan subsidi BBM harus dilaksanakan secara bertahap, namun tetap konsisten. ”Karena kenaikan dalam jumlah besar sekaligus akan membuat rakyat kaget dan menimbulkan pergolakan,” paparnya.

Menurutnya, uang subsidi pun sebaiknya dialihkan untuk memperbaiki sektor lain seperti infrastruktur yang mampu membenahi moda transportasi umum. Dengan mahalnya BBM dan transportasi umum yang layak, maka diharapkan berubahnya pola hidup masyarakat Indonesia.

Di akhir, Avis mengaku gelaran ini belum merupakan diskusi akhir jelang pernyataan sikap yang akan disampaikan Keluarga Mahasiswa ITS. Mantan Menteri Koordinator Pergerakan Muda ini yakin kegiatan serupa akan kembali digelar guna membahas langkah nyata yang bisa dilakukan mahasiswa ITS. "Diharapkan nantinya mahasiswa ITS bisa mempunyai persepsi yang sama dalam menanggapi kenaikan harga BBM di masa mendatang," pungkasnya. (gol/man)

Berita Terkait