ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
01 Oktober 2014, 15:10

ITS Gelar Workhshop Research Supervisory

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam workhshop ini para dosen dipersiapkan untuk menjadi seorang research supervisory.  Selain itu juga meningkatkan kualitas dosen dalam membina riset mahasiswa asing yang berkuliah di perguruan tinggi di Indonesia, khususnya ITS.

Patdono menjelaskan bahwa Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Dikti) memiliki penelitian yang terbagi dalam delapan bidang. Meliputi, pemukiman penduduk, sosial dan ekonomi, bioteknologi, pangan, inovasi, kesehatan, lingkungan, dan teknologi.

Alokasi anggaran penelitian tersebut pada tahun 2015 mencapai 1,365 Triliun. "Nilai ini masih ditambah dengan anggaran penelitian 2014 dari PNPB (Penerimaan Negara Bukan Pajak, red) sebesar Rp 40 Miliar,” ujarnya. Hal ini lantaran, Dikti memiliki rencana strategis mengenai agent of research.

Tak hanya itu, menurut Patdono, Indonesia masih kalah tertinggal dari Singapura dan Malaysia dalam hal publikasi internasional." Maka dari itu peneliti sekaligus dosen di Indonesia harus mengejar ketinggalan dengan melakukan banyak penelitian dan riset,"paparnya.

Untuk mendorong para dosen melakukan penelitian diperlukan sebuah kebijakan. " Karena kebijakan yang sifatnya himbauan tidak lagi cukup, melainkan kebijakan yang sifatnya  memaksa perlu ditempuh (SNPT, Perijinan)," jelasnya. Outputnya yang diharapkan adalah publikasi internasional.

Dalam kebijakan melakukan penelitian, satu dosen dibatasi membuat dua penelitian, yakni satu untuk menjadi ketua dan menjadi anggota. "Hal itu dilakukan agar kualitas riset yang dilakukan para dosen lebih baik," ujarnya.

Untuk riset dibidang inovasi saja, dosen hanya dibolehkan memegang satu riset. Hal itu dikarenakan agar dosen dapat fokus melakukan penelitian tentang inovasi saja. Hal ini mengingat riset dalam bidang inovasi memerlukan biaya yang sangat tinggi dibandingkan penelitian di bidang lainnya. "Akses terhadap pendanaan riset cukup besar mensyaratkan track ricord publikasi internasional," jelasnya

Selain itu, Patdono memaparkan untuk menunjang riset di seluruh perguruan tinggi di Indonesia dua tahun yang akan datang perlu dilakukan verifikasi dosen untuk supervisor riset. Reformasi pendidikan tinggi termasuk restrukturisasi Dikti juga perlu dilakukan. Dengan demikian perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan, riset, transfer teknologi ke masyarakat yang bisa meningkatkan daya saing dan kesejahteraan masyarakat dan bangsa  

Mengaca pada AEC 2014, Perguruan Tinggi di Australia memiliki Standar Operasional Proseur (SOP)  yang bagus untuk  mahasiswanya dalam melakukan riset. Untuk melakukan riset para mahasiswa diharapkan telah mengikuti seminar  berhubungan dengan risetnya tersebut. “Dosen terlibat aktif dan bertanggung jawab dalam riset mahasiswa ini,” ujar Amrik Sohal. (ila/ran)

Berita Terkait