Menurutnya, Indonesia hanya menyumbang cadangan minyak sebesar 0,2 persen di dunia. "Sebagai generasi muda jangan cuma nonton dan jangan terlalu sering mengobral bensin," ujarnya. Sudah sepatutnya untuk beralih menciptakan energi alternatif mengingat pertumbuhan transportasi makin meningkat.
Widjonarko menambahkan, perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat Indonesia harus dilakukan dengan keterpaksaan. "Masyarakat akan memutar otak untuk beralih kepada bahan bakar alternatif," ungkapnya. Misalnya, penggunaan bahan bakar pesawat terbang yang menggunakan bahan bakar bioavtur dan penambahan campuran minyak kelapa sawit dalam bahan bakar alat berat.
Tak hanya itu, ia mengatakan bahwa industri Hulu Migas Indonesia telah beralih kepada offshore. Terdapat pengilangan minyak besar di Indonesia yaitu di lautan Papua, perairan Arafura dengan kedalaman 3.000 meter dan di perairan Natuna dan Selat Makassar.
Dengan kedalaman laut yang besar, dibutuhkan teknologi dan manufaktur yang baik. Misalnya, pembangunan tension leg platform membutuhkan biaya yang sangat mahal lebih 100 milliar rupiah.
Tidak hanya dalam pencarian minyak, menurut Widjonarko, infrastruktur untuk menunjang pengangkutan gas alam di Indonesia kurang memadai. Padahal di Indonesia gas alam sangat banyak, dan belum dikelola secara maksimal. "Diperlukan pipa-pipa penyalur untuk mendistribusikan gas alam ini," ujarnya. (ila/ran)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan