Penelitian Ria berjudul Sediment transport evaluation on Bengawan Solo River (downstream and estuary) to Minimize Sedimentation and Flood Combining Effect on Nearby Infrastructure mendapatkan dana sebesar 119.934 US dollar. Penelitian tersebut berjalan selama dua tahun.
Permasalahan banjir yang kerap terjadi di Sungai Bengawan Solo yang mendorong Ria untuk melakukan penelitian tersebut. Pendangkalan sungai yang terjadi ditengarai menjadi penyebabnya. Lantaran hal tersebut, Ria dan tim peneliti dari Amerika berkolaborasi menyelasaikan permasalahan tersebut.
Titik penelitian pun dimulai pada hilir Sungai yang terletak di Bojonegoro, Lamongan dan Gresik. Ria menyebutkan, ada tiga tahapan untuk melakukan penelitian tersebut. Diantaranya ada survei lapangan, penelitian dan analisa di laboratorium, dan permodelan transportasi sedimen.
Untuk tahapan pertama, sedikitnya terdapat tiga bidang keilmuan yang terlibat yaitu hidrologi, geoteknik dan geofisika. Sehingga pengamatan sungai, tanggul dan sedimen bisa dilakukan untuk mendapatkan data yang diperlukan. ”Karena itulah penelitian ini butuh kolaborasi dengan peneliti lain,” jelas Ria.
Lebih lanjut, usai melakukan survei lapangan, data yang didapat pun dianalisis di laboratorium ITS untuk kemudian dibuatkan permodelan transportasi sedimen yang ada. Dengan begitu, dapat diketahui ada atau tidaknya sedimentasi di lapangan dengan ketelitian yang cukup untuk memprediksi pendangkalan sungai.
Pencapaian serupa juga didapatkan oleh Heri. Penelitiannya yang berjudul Exploring the Dynamic of Extreme Weather Events in Indonesia using Large Scale Meteorological Pattern as the Forecast Guidance mendapatkan dana hibah sebesar 100.500 US dollar.
Heri sengaja memilih topik penelitian tersebut untuk mempelajari pola yang terjadi di atmosfer dengan memanfaatkan bidang keilmuan statistika yang ia kuasai. Kota Indramayu pun sengaja dipilih lantaran data yang dimiliki relatif lebih lengkap. Selain itu, Indramayu memiliki lumbung padi yang dibutuhkan menjadi objek penelitian. ”Di mana hasil panen pertanian di Indramayu memiliki ketergantungan yang tinggi pada kondisi cuaca,” imbuh dosen Jurusan Statistika ITS ini.
Penelitian yang bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia ini mempunyai manfaat untuk mengantisipasi cuaca ekstrem yang terjadi di kemudian hari. Menurut Heri, hasil penelitian ini akan berupa bentuk peta komposit yang memuat informasi pola dari setiap variabel cuaca yang berhubungan dengan kejadian cuaca ekstrem. Dengan begitu, BMKG dapat lebih mudah memprediksi cuaca ekstrem yang akan terjadi.
Program ini Terbuka untuk Mahasiswa
Penelitian yang diusung PEER ini tidak membatasi peneliti muda lain seperti mahasiswa untuk turut bergabung. Heri berharap peneliti lain dari ITS bisa mengikutsertakan proposal penelitiannya melalui PEER.
Menurut Heri, tak hanya dana hibah yang besar, kolaborasi dengan peneliti Amerika membuat program ini mempunyai nilai lebih tersendiri. ”PEER juga lebih fleksibel selain manajemen dana yang fleskibel juga tidak ada batasan anggotanya harus tertentu,” tandasnya. (van/oly)
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh