Advisor Make it in Germany Susanti Bunadi menyebut, terdapat tiga topik inti yang dibahas pada workshop kali ini. Mulai dari alasan Jerman atraktif untuk ditinggali, penawaran program dukungan dari Make it in Germany, hingga penjelasan mengenai kebijakan migrasi Jerman.
Menurut Susanti, program tersebut ditujukan bagi mahasiswa pada bidang studi tertentu. "Sasaran pengenalan program ini adalah mahasiswa semester akhir serta alumni yang menggeluti bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM)," ujar Susanti, seperti dilansir dari ITS Online, Jumat (19/9/2014).
Secara umum, kata Susanti, Make it in Germany mensyaratkan beberapa hal bagi tenaga ahli Indonesia yang ingin bekerja di Jerman. Salah satunya adalah keharusan untuk memiliki pengalaman kerja minimal selama tiga tahun.
"Untuk pelaku bidang STEM, kemampuan Bahasa Jerman diharuskan minimal level B1, sedangkan Bahasa Inggris level C1. Khusus pelaku bidang IT, kemampuan Bahasa Jerman minimal level A2," jelasnya.
Pada 2014, Make it in Germany melangsungkan dua program. Pertama, program pelatihan yang baru saja memberangkatkan 10 orang Indonesia, India, dan Vietnam ke perusahaan di Jerman untuk magang selama lima bulan. Program lain berupa beasiswa les Bahasa Jerman di Goethe Institut yang masih terbatas hanya untuk region Jakarta. (mrg)
Surabaya, ITS News – Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginisiasi usulan bangunan ramah lingkungan
Kampus ITS, Opini — Hari Raya Natal merupakan perayaan keagamaan umat Kristiani yang setiap tahunnya dirayakan sebagai momen refleksi
Kampus ITS, ITS News — Isu aksesibilitas dan layanan disabilitas kini tengah telah menjadi perhatian serius di berbagai perguruan tinggi.
Kediri, ITS News — Startup StrokeGuard yang didirikan oleh mahasiswa Jurusan Inovasi Digital Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjalin