Dhino menjelasakan bahwa lokasi genangan lumpur Lapindo terlalu berisiko dan membahayakan bagi para pengunjung asing. Pasalnya, para pengunjung tersebut kebanyakan tidak mengetahui kondisi uap gas yang ada di daerah tersebut.
Dari kekhawatiran tersebut, ia menawarkan beberapa solusi. Yang pertama, pemerintah sebaiknya meningkatkan keamanan pengunjung di tempat tersebut dengan cara memberi tanda dan simbol di lokasi berbahaya. "Misalnya tanda seperti jangan melewati batas ini atau awas kedalaman 100 meter," katanya.
Selain itu, lokasi tersebut perlu ‘dipercantik’ dengan menambah beberapa hiburan untuk menarik pengunjung. Dhino melanjutkan bahwa yang harus disadari masyarakat adalah lumpur Lapindo ini tidak sepenuhnya dianggap sebagai suatu bencana, masyarakat harus bisa memanfaatkan peluang dari kondisi tersebut.
Ia ingin hal tersebut bisa menjadi titik balik masyarakat untuk bisa mengelola kawasan tersebut menjadi kawasan wisata menarik. Ia juga menilai kandungan sulfur yang terdapat di kawasan lumpur Lapindo pun bisa menjadi nilai jual tersendiri. "Saya melihat kawasan ini bisa menjadi sesuatu yang bermakna," terangnya. (van/oly)
Kampus ITS, Opini — Hari Raya Natal merupakan perayaan keagamaan umat Kristiani yang setiap tahunnya dirayakan sebagai momen refleksi
Kampus ITS, ITS News — Isu aksesibilitas dan layanan disabilitas kini tengah telah menjadi perhatian serius di berbagai perguruan tinggi.
Kediri, ITS News — Startup StrokeGuard yang didirikan oleh mahasiswa Jurusan Inovasi Digital Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjalin
Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan bangga dapat berpartisipasi dalam ekspedisi ilmiah internasional “OceanX –