Sekelompok mahasiswa itu ialah Dinna Alief Nugrahani, Amatul Firdhausyah, Sekar Annisa, Imaniar Vanda Sandria dan Ida Bagus Widnyana. Ide membuat tas dari bahan dasar ban muncul ketika Dina teringat ban dalam motornya yang dulu sering kempes sewaktu SMP. “Maka dari itu saya langsung mengusulkan ban sebagai bahan dasar B-bag,â€ungkap mahasiswi angkatan 2012 itu.
Meskipun berasal dari ban bekas, kualitas dan penampilan B-bag tidak kalah dari tas dari bahan dasar kulit. Menurut Dina, bila menyangkut masalah kekuatan, B-bag tidak kalah dengan tas lain dari bahan kulit. Bahan dari ban juga tahan air layaknya bahan dari kulit. B-bag juga tidak perlu perawatan khusus layaknya tas dari bahan kulit. “Tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk perawatan B-bag,†ujarnya.
Untuk penampilan sendiri, Dina dan rekannya memilih motif tenun dan ikat khas Indonesia untuk mempercantik penampilan B-bag. Mereka memang memilih tidak menggunkan motif batik untuk B-bag. Hal itu dikarenakan motif batik telah sangat banyak di pasar. Kebetulan tahun ini motif kain yang geometris sedang menjadi trend untuk fashion di Indonesia. “Maka dari itu kita gunakan motif geometris juga, namun yang khas Indonesia,†jelas Firdha.
Dalam sehari, tim B-bag mengungkapkan mereka mampu memproduksi tas sebanyak 2 setiap hingga 3 buah. Meski begitu, awalnya mereka mengaku kesusahan menemukan pengrajin tas yang bisa membantu mereka membuat B-bag. Hal itu tidak lepas dari karakter bahan dari ban yang lebih alot dan lebih tebal dari bahan kulit. “Mesin jahit untuk menjahit bahan dari ban harus bekerja lebih keras daripada ketika menjahit bahan dari kulit, sehingga harga yang dipatok pengrajin pun lebih mahal,†ungkap Dina.
Untuk memiliki produk B-bag sendiri, konsumen memang harus rela merogoh kocek yang agak dalam. 1 buah B-bag dipatok dengan harga mulai dari 180 hingga 275 ribu rupiah. Harga tersebut terbilang mahal untuk tingkat mahasiswa, maka dari itu tim B-bag menargetkan para fashionista dan komunitas pencinta barang recycle. Hingga kini, B-Bag telah dipasarkan seara online melalui situs jejaring sosial, seperti di facebook dan instagram B-bag yang bernama @Bbagindonesia.
Berkat kerja keras mereka, PKM B-bag pun mendapat kehormatan untuk maju ke PIMNAS XI di Semarang tanggal 22 Agustus esok. Untuk persiapana PIMNAS sendiri, Dina dan kawan-kawan sedang mempermatang publikasi B-bag baik di jejaring sosial maupun dari mulut ke mulut.
Dina sendiri mengungkapkan target mereka untuk B-bag lebih dari sekedar PIMNAS saja. Mereka ingin mengembangkan bisnis yang mereka rintis agar dapat terus berlanjut bahkan setelah PIMNAS USAI. “Namun kami juga berharap dapat membanggakan ITS di pagelaran PIMNAS esok,â€pungkasnya. (gol)