Kelima mahasiswa tersebut adalah Fahmi Adha Nurdin, Gelora Jelang Takbira Mulia, Badriyah Rosyidah, Muhammad Ishar dan Misbahul Munir. Membentuk tim bernama Reborn, mereka mengajak siswa YPAB untuk lebih termotivasi melalui pelatihan. Kegiatan ini menjadi bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) yang mereka buat.
Nama Reborn sendiri merupakan kepanjangan dari Rebuild Person with Great Brainstorm, yang berarti memberikan inspirasi kepada siswa YPAB untuk bermimpi besar. Kondisi yang dialami seharusnya tidak menjadi penghalang untuk bermimpi menembus keterbatasannya. ”Pelatihan ini didesain dengan fun learning, kami menyampaikan materi melalui pemaparan dan games,” ujar Fahmi, ketua tim.
Materi yang diberikan berkaitan dengan pengembangan diri dan manajemen pribadi siswa. Hal ini untuk meningkatkan kemampuan intrapersonal mereka. Seperti persepsi, berpikir kreatif, pengenalan diri, berbicara efektif, membangun mimpi dan memahami resiko. ”Hampir sama dengan LKMM (Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa, red), namun tentunya kami sesuaikan dengan kapabilitas mereka,” terang mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan ini.
Pada umumnya, tunanetra memang memilki perkembangan yang cukup berbeda dibandingkan anak-anak normal. Mulai dari mobilitas, aktivitas bina diri, komunikasi, hingga fungsi mental. Gangguan tersebut menyebabkan anak menjadi tidak percaya diri, mengkritik diri sendiri, ragu-ragu, takut, bahkan menolak untuk meningkatkan kemampuan diri.
Seperti yang dialami Saiful, ia tidak tahu ketika ditanya apa cita-citanya. Ketika ditanya lagi, ia menjawab ”Sama kayak Setya,” ujarnya malu-malu sambil menunjuk teman di sebelahnya. Apa yang dikatakan Saiful tentu bukan semata-mata karena malu, tapi memang keterbatasan penglihatan yang mungkin menjadikannya tak punya orientasi masa depan. Padahal, anak seusianya harus sudah menentukan apa yang ingin diraihnya nanti.
Di akhir pelatihan, Fahmi dkk mengajak siswa melakukan simulasi total untuk mempraktekkan materi yang telah didapat selama pelatihan. Seluruh siswa menuliskan mimpi mereka di kertas dengan huruf braille. Satu siswa juga dipilih menjadi motivator muda yang bertugas menyebarkan gerakan berani bermimpi dan memotivasi anak tunanetra lain di sekitarnya.
Kegembiraan pun terpancar dari wajah para siswa. Seperti yang dialami Muhammad Ismail. Siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Luar Biasa ini menjadi lebih semangat dalam menyongsong masa depannya. ”Saya mendapat banyak pengetahuan dan jawaban yang selama ini menjadi pertanyaan dalam pikiran saya,” cetus siswa yang bercita-cita menjadi guru mengaji Al-Quran itu.
Sedikitnya 30 anak tunanetra ikut menerbangkan mimpi-mimpi yang telah mereka tulis. Optimisme yang tergambar di wajah siswa Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa YPAB Surabaya itu diharapkan menjadi titik awal kehidupan baru mereka. ”Satu, dua, tiga….., Aku bisa…….,” teriak mereka sembari melepas balon yang mereka genggam. (mis/oly)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung