ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
26 April 2014, 06:04

PIFOT, Tebar Optimisme Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam sesi pertama , Arif Wibowo, Chief Executive Officer (CEO) Citilink berbicara mengenai hubungan antara optimisme dan passion (gairah,red). Menurut pria yang akrab disapa Arif ini, passion merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena hanya passion-lah yang akan membawa kita kepada kesuksesan. "Meskipun IP-nya baik, tanpa passion seseorang tidak akan bisa berkembang," ungkapnya.

Hal itu karena passion adalah hal yang akan menjadi tungku pembakar optimisme kita dalam menjalani kehidupan. Jebolan Jurusan Teknik Mesin ITS ini mengungkapkan terdapat tiga ciri orang yang mempunyai passion. Hal tersebut adalah mental pemenang, strategi dan budaya bekerjasama.

Mereka yang memiliki mental pemenang, lanjutnya, selalu memiliki energi kreatif di sekitar mereka. Energi kreatif itu berbentuk optimisme. Menurut Arif, saat memasuki lingkungan yang sulit seseorang cenderung berfikir mereka adalah orang yang tidak beruntung. Hal itu merupakan kesalahan besar. "Saat memasuki lingkungan yang sulit, berfikirlah anda orang yang beruntung dan bekerja keraslah, Maka anda akan beruntung nantinya," ungkapnya.

Ciri yang kedua yaitu strategi. Arif mengklasifikasikan strategi menjadi tiga macam, yaitu strategi operasional, komersial, dan finansial. Strategi operasional adalah optimisme seseorang dalam menjalankan sesuatu baik proyek ataupun hal teknis. Strategi operasional akan berjalan baik apabila didukung dengan strategi komersial atau cara mengkomersialisasi hasil kerja kita. "Apabila kedua strategi itu dapat bersinergi dengan baik, maka keuntungan finansial akan menghampiri anda," jelasnya.

Ciri orang yang memiliki passion yang ketiga adalah budaya bekerjasama. Budaya bekerjasama ini sangat berguna untuk mereka yang akan meniti karier di bidang kewirausahaan. Ciri ini juga yang membantu Arif dalam menyusun pilar yang melandasi perusahaan Citilink. Contohnya saja budaya bekerjasama dengan pelanggan. Demi mendapatkan kesenangan pelanggan maka perusahaan harus kooperatif dengan jalan memudahkan akses pelayanan dan tepat waktu.

"Semua mahakarya hadir dari jiwa yang bebas," ingatnya. Bebas yang dimaksud Arif merupakan jiwa yang tidak terkekang oleh tradisi, atau mereka yang mau mengambil jalan yang berbeda dengan orang lain.

Hal senada pun diungkapkan oleh Prof Dr Ing Herman Sasongko, Wakil Rektor 1 ITS. Menurut pria yang akrab disapa Herman ini, seseorang tanpa passion ibaratnya mayat hidup. "Pemimpin harus punya passion dan sikap berani mengambil resiko demi keluar dari kotak kenyamanannya dan mengambil jalan yang tidak biasa," jelasnya.

Semua Orang Berkesempatan Sukses

Dalam talkshow tersebut, Abdullah Azwar Anas, bupati Banyuwangi sempat menyebut Surabaya sebagai kota yang kaya. Hal itu juga didukung fakta bahwa kota Surabaya dinobatkan sebagai Kota terkaya di Indonesia oleh majalah Warta Ekonomi. Namun pernyataan tersebut dibantah oleh walikota Surabaya, Ir Tri Rismaharini yang juga menjadi pembicara keempat di PIFOT.

Menurut Risma, kota Surabaya jauh dari kategori kaya. Hal itu dikarenakan kota Surabaya tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah ataupun tempat wisata yang terkenal. "Yang dipunyai Surabaya hanyalah sumber daya manusianya," ungkap Risma.

Sadar akan hal itu, Risma berusaha untuk mengembangkan sumber daya manusia di Surabaya, terutama mereka yang sering diabaikan oleh masyarakat. Mereka adalah gelandangan, para penyandang cacat fisik maupun mental, hingga para kriminal di masyarakat.

Risma berfikir tidak ada anak yang lahir sebagai orang yang tidak berguna. Tiap anak mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing. Maka dari itu, tanpa kenal lelah Risma berusaha mengembangkan potensi anak terlantar tersebut di berbagai bidang.

Contohnya saja anak yang dulunya preman kecil di pasar. Saat terjaring razia Satuan Polisi Pramong Praja (Satpol PP) Risma menampung anak tersebut dan mendidiknya berlatih tinju. "Daripada dia berantem di pasar, saya suruh dia berantem di arena tinju," ungkap Risma disambut gelak tawa peserta. Alhasil anak didikan Risma tersebut kini mendapat medali perak di SEAGAMES dalam kategori olahraga tinju.

Bagi Risma, Tuhan itu Maha Adil. Ada anak yang lahir dianugerahi dengan talenta dan kecerdasan intelektual. Namun ada juga anak yang tidak. Namun itu tidak masalah, karena semua orang mempunyai hak untuk sukses. "Yang dibutuhkan adalah sedikit perenungan dan kerja keras," ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Pembicara terakhir PIFOT, Eko Santoso. Pria yang menjadi pemberdaya Kampung Idiot di Ponorogo ini  juga tetap optimis kepada potensi tiap orang tak peduli  betapa buruknya keadaan orang tersebut.

Di Karangpatihan, desa kelahirannya, terdapat tak kurang dari 48 kepala keluarga yang terdiri atas warga tunagrahita (orang yang tidak bisa melihat, mendengar dan berbicara, red). Prihatin akan keadaan warganya, pria yang akrab disapa Eko ini pun memulai gerakan untuk memberdayakan para tunagrahita pada tahun 2006 silam.

Namun, ternyata pemerintah tidak menggubris usaha yang dilakukan Eko. Hingga akhirnya Eko meminta media untuk menyiarkan keadaan kampungnya yang sering disebut Kampung Idiot tersebut. "Alhamdulillah setelah disiarkan media, banyak relawan yang membantu kami memberdayakan para tunagrahita," ungkap Eko.

Pemberdayaan tunagrahita pun terus dilakukan. Mulai dari membantu mereka membuat perikanan lele, beternak ayam hingga membuat kerajinan sehingga para tunagrahita dapat mendapat penghasilan sendiri. Pencegahan pun dilakukan dengan memperbaiki gizi ibu dan anak para tunagrahita dan mengawasi dengan ketat pertumbuhannya melalui posyandu. Keoptimisan dan kerjakeras eko bersama warga Karangpatihan kini berbuah manis. Kini, anak para tunagrahita pun dapat lahir dan tumbuh menjadi anak yang normal.

Eko berpesan agar mahasiswa selalu ingat akan perannya sebagai agen perubahan. "Caranya adalah dengan senantiasa sensitif dengan lingkungan sekitar dan melakukan gebrakan perubahan," pungkasnya. (gol)

Berita Terkait