Chem E car adalah ajang tahunan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (Himatekk) ITS. Chem E car sendiri merupakan sebuah kompetisi balap mobil yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan bakar. Daya penggerak mobil dihasilkan oleh reaksi antar bahan-bahan kimia yang telah ditentukan.
Binsar David Aldminanda, ketua pantia Chem E Car 2014 mengatakan, kompetisi ini merupakan salah satu ajang pembuktian bahwa reaksi kimia juga bisa digunakan untuk menggerakkan mobil. "Kami ingin menunjukkan bahwa mahasiswa teknik kimia pun juga bisa membuat mobil," tuturnya.
Tahun ini, Chem E Car diikuti oleh 12 tim dari sembilan universitas yang lolos dalam tahap seleksi. Antara lain Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Gajahmada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitasn Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur. Sisanya adalah Universitas Indonesia (UI), Universitas Brawijaya, serta Politeknik Negeri Bandung. "Dan ada satu universitas asal malaysia yaitu UTP (Universitas Teknologi Petronas, red) Malaysia," imbuhnya.
Jalannya race pun berlangsung sangat seru. Masing-masing tim saling menunjukkan penampilan terbaiknya. Mereka harus bisa menempuh jarak yang telah ditentukan oleh panitia lomba. Selain itu mobil juga diberi beban sebesar 20 persen dari berat mobil tersebut. "Mobil yang bisa berhenti tepat pada jarak yang ditentukan, maka nilainya akan semakin tinggi," jelas mahasiswa angkatan 2011 tersebut. Oleh karena itu, ketepatan perhitungan bahan bakar sangat diperlukan.
Dalam lomba ini peserta hanya diperbolehkan membawa bahan mentahan untuk diproses sebagai bahan bakar. Proses pembuatannya pun dilakukan di salah satu laboratorium di Tekkim. "Peserta tidak boleh menggunakan bahan kimia yang mengandung nuclear atau membawa bahan fuel oil," terang Binsar.
Sementara itu, Sidiq Darmawan, salah satu peserta mengatakan, Chem E Car merupakan sebuah kompetisi yang menantang. Khususnya bagi mahasiswa Jurusan Teknik Kimia. "Di sini kita tidak boleh menggunakan bahan bakar, jadi ini bagus dan menantang," ungkapnya.
Menurutnya, pembuatan mobil berbahan bakar reaksi kimia gampang-gampang sulit. "kalau hanya desain mobilnya saja mudah, tapi untuk menentukan komposisi bahan kimianya sangat sulit," jelas mahasiswa Universitas Brawijaya ini. Pasalnya, mereka harus melakukan riset berulang-ulang agar bisa menemukan reaksi yang bisa menggerakkan mobil.
Kompetisi ini dimenangkan oleh tim Virmi dari UTP Malaysia. Sedangkan tim spektronik 7 dan 8 menyusul di posisi dua dan tiga. Sementara pada kategori presentasi, ITS sukses merebut juara pertama, sedangkan UTP mengikuti menjadi juara kedua. Dan ITB suskses merengkuh juara ketiga. (guh/fin)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan