Hamparan evergreen yang lebat menyambut rombongan setibanya di Baluran. Terlihat sesekali kerbau hutan menyeberang di depan bus. Tak lama kemudian, kuningnya padang savana membentang luas, lengkap dengan populasi rusa, monyet ekor panjang (Macaca), merak dan beragam hewan lain. Suguhan pemandangan menarik ini memanjakan peserta yang terdiri dari Angkatan 2012 ini.
Ecology Project merupakan kumpulan praktikum dari mata kuliah Ekologi Hewan, Ekologi Tumbuhan dan Biologi Laut. Dalam kegiata ini, peserta diajak memahami tentang analisis vegetasi, komunitas burung, plankton, lamun (seagrass), makrobentos dan meiofauna bentik. ”Intinya adalah aplikasi langsung dari mata kuliah yang didapatkan di kelas, agar mahasiswa mengetahui kondisi riil di lapangan,” ujar Iwenda Bella Subagio, S.Si, koordinator Ecology Project 2014.
Surveyor yang akrab disapa Wenda ini mengatakan dipilihnya Baluran lantaran memilki objek penelitian yang lebih lengkap dan akses yang mudah. Taman nasional yang terletak di Situbondo ini memilki keanekaragaman hayati yang tinggi. Di sana terdapat eksositem gunung, padang savana, bakau dan pantai dalam satu kawasan. Selama dua hari, peserta mengamati beragam komunitas makhluk hidup di taman nasional yang memilki hewan khas banteng itu.
Di hari pertama, peserta diajak mengamati komunitas burung. Berbekal teropong binokuler, berkelompok mahasiswa menyusuri hutan dengan didampingi asisten. Dengan hati-hati peserta mencoba mengenal morfologi, kicauan dan pergerakan burung untuk diidentifikasi.
Selang beberapa jam, peserta telah siap mengenakan pakaian renang lengkap dengan peralatan snorkling. Kali ini, mereka harus mengamati komunitas meiofauna bentik, makrobentos dan lamun di dasar lautan. Kemampuan snorkling dan berenang sangat dibutuhkan agar tidak tenggelam. Spesies yang ditemukan kemudian dibawa ke darat untuk diidentifikasi.
Tak lama setelah itu, giliran komunitas plankton yang harus mereka amati. Pengamatan ini tidak dilakukan di laut, namun peserta hanya melakukan sampling untuk menyaring plankton dan diamati di laboratorium. Peserta bergerak menuju zona transisi antara lamun dan terumbu karang menggunakan perahu motor.
Hari berikutnya, hutan Baluran kembali menanti peserta. Mereka harus menyusuri semak-semak hutan untuk menganalisis vegetasi. Apa saja populasi tumbuhan yang ditemukan serta mengukur kerapatan, penutupan, frekuensi dan dominansinya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui struktur komunitas tumbuhan pada suatu wilayah.
Bandingkan Data di Pasir Putih
Sebelum kembali ke Surabaya, peserta diajak berkunjung ke Pantai Pasir Putih Situbondo. Kunjungan ini bukan untuk berwisata, melainkan melakukan sampling plankton dan makrobentos. Nantinya, data dari kedua tempat ini akan dibandingkan untuk diteliti kondisi ekologinya.
Wenda turut berharap, agar masyarakat sekitar dan pengunjung di Baluran senantiasa menjaga kelestarian alamnya agar tidak rusak. Menurutnya, Baluran merupakan harta karun yang sangat berharga dan harus dijaga. ”Semoga di tahun-tahun mendatang kita masih bisa menikmati keindahan Baluran,” tutur pria asal Ponorogo ini.
Peserta terlihat antusias dengan kegiatan ini. Erma Estiasih salah satunya, ia merasa senang karena lebih mendalami ilmu yang diajarkan di kelas terutama dalam hal metode untuk melakukan praktikum di lapangan. ”Saya menjadi tahu dan memilki bekal jika suatu saat ingin mendalami ekologi,” pungkas mahasiswa asal Lumajang ini. (mis)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung