Ia mengatakan jika orientasi mahasiswa institut lain memasuki dunia kerja adalah uang, maka daya tarik mahasiswa ITS harus lah yang berbeda. Salah satunya, mencintai bangsa dan negeri adalah kelebihan yang tidak dimiliki semua mahasiswa. "Saat ditanya kenapa perusahaan harus memilihmu, jarang sekali para pelamar mengatakan mereka punya semangat untuk membangun negeri" ujar Eko.
Wakil Kepala Proses Penelitian dan Pengembangan Perseroan Terbatas (PT) Pertamina itu pun turut menambahkan, dalam proses penyeleksian pegawai, Ia pun cenderung lebih memilih Sumber Daya Manusia (SDM) lokal dari pada SDM asing. "Walaupun dalam proses pengembangan nanti bsa terjadi kegagalan, maka tinggal evaluasi kesalahan. Semua belajar dari kegagalan" ucap Eko yang mempunyai cita-cita mempintarkan sivitas akademika Indonesia itu.
Tidak hanya lewat kata-kata, Eko pun mempunyai program bernama teknologi merah putih. Teknologi ini dimaksudkan untuk melepas ketergantungan Indonesia pada teknologi asing. Banyaknya kilang minyak yang menggunakan teknologi asing adalah salah satu latar belakang program ini.
Ia pun menceritakan langkah-langkah melepaskan ketergantungan teknologi asing ini. Pelan tapi pasti, seperti pembuatan katalis dan chemical pun berangsur-angsur diputus. Disebut-sebut sebagai mafia teknologi kilang dunia, UOP (Universal Oil Product) lah dibalik ini semua."Dulu kita sering ditakut-takuti jika tidak memakai teknologi mereka, maka perusahaan akan jatuh," ujar Eko
Sekarang, dengan teknologi merah putih ini, Ia pun berharap dapat menghapus ketergantungan dengan teknologi asing dan menggantinya dengan teknologi buatan Indonesia. Institut teknologi seperti ITS pun diharapkan olehnya agar bisa menciptakan teknologi-teknologi yang bisa membantu industri di Indonesia. "Bangkitkan semangat mencintai negeri" tutupnya.(van)