Bertalt Bracht, seorang penyair Jerman pernah menuliskan buta
yang terburuk adalah buta politik. Karena dari kebutaan politik, hadir
kemiskinan dan kerusakan suatu negara. Namun dalam diskusi bertajuk Awas(i) Parpol ini, diungkapkan bahwa Indonesia hanya butuh waktu 10 tahun untuk mencapai angka golongan putih (golput) sebesar 39%. Padahal Amerika serikat membutuhkan waktu 400 tahun hingga mencapai angka golput 40%.
Hal ini tak lepas dari dosa-dosa parpol yang mencetak pemimpin Indonesia masa kini. Contohnya saja fakta bahwa 317 dari 524 kepala daerah sejak tahun 2005 terindifikasi korupsi (sumber:kemendagri,red). Teguh Rachmanto ST, salah satu pembicara dalam diskusi terbuka tersebut mengungkapkan, pemilu 2014 ibaratnya hanya pepesan kosong. Penentu yang sebenarnya merupakan penyelenggaranya. "Golput itu nggak keren. Golput jaman orde baru dulu baru keren," celetuk pria yang akrab disapa Teguh ini.
Peserta diskusi juga mengungkapkan kekahawatiran akan pemilih pemula yang banyak terdapat di antara kalangan mahasiswa. Menanggapi hal tersebut, Teguh mengkungkapkan pemilih pemula merupakan bonus demografi dalam pemilu legislatif 2014 kali ini. Dan memang pemilih pemula merupakan tipe pemilih yang paling gampang dibohongi. "Maka dari itu parpol banyak mencalonkan artis," ungkap Teguh.
Bustomi, pengamat politik Universitas Airlangga (UA) juga membagi tips bagi pemilh agar tidak salah menentukan pilihannya dalam pemilu legislatif 2014 mendatang. Caranya adalah dengan mengamati parpol mana yang menjadi penyumbang kasus korupsi melalui media, mengamati parpol mana yang hanya gencar melakukan aksi menjelang kampanye saja.
”Politik merupakan usaha bersama warga negara demi kebaikan warga negara. Mensejahterakan masyarakyat bukan hanya tugas parpol," jelas Bustomi. Maka dari itu, sebagai calon peimpin negara, mahasiswa harus senantiasa aktif dan kritis dalam menentukan pilihannya.
Awasi Partai Politik
Selain membahas tentang cara menjadi pemilih yang cerdas, diskusi ini juga membahas tentang tugas warga negara untuk senantiasa mengawasi kinerja parpol di Indonesia. Setiap tahunnya, parpol menerima dana lebih dari 8 milyar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sehingga selayaknya parpol dapat menjalankan fungsinya sesuai yang diamanatkan UU Partai Politik tahun 2011.
Bustomi mengungkapkan parpol merupakan lembaga berjenjang. Pasalnya, selalu ada kantor anak cabang dari partai politik. ”Sebagai mahasiswa, kita harus memiliki wawasan yang luas dan analisa yang tajam dalam mengawasi partai politik,” terangnya.
Melalui kantor anak cabang tersebut mahasiswa harus mengawasi parpol itu konsisten atau tidak dalam menjalankan programnya dan tidak hanya aktif menjelang pemilu saja. Tak hanya itu, programnya juga harus dipantau nyata diterapkan dalam masyarakat atau hanya janji yang digemborkan selama kampanye. Dengan begitu, mahasiswa dapat menjatuhkan
pilihan secara tepat pada saat pemilu berlangsung. "Sekaligus
mengembalikan fungsi partai politik yang sejatinya ada untuk kepentingan rakyat," pungkasnya. (gol/sha)
Surabaya, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi meluncurkan
Surabaya, ITS News — Mewujudkan sinergi dengan pemerintah daerah, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyambut positif program Bantuan Biaya
Mojokerto, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pemberdayaan masyarakat melalui inovasi teknologi
Kampus ITS, ITS News — Guna mendukung gaya hidup sehat yang lebih intens, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi