FKIM II sengaja mengangkat tema yang bersinggungan dengan kepemimpinan dalam rangka menyambut tahun politik 2014. Dasar-dasar penyeleksian calon pemimpin pun diungkapkan secara jelas dalam forum ini, terutama jika ditinjau dari kondisi kemaritiman Indonesia.

Dalam penuturannya, Prof Daniel M Rosyid PhD MRINA mengungkapkan bahwa sebagai mahasiswa kita harus selektif dalam memilih calon pemimpin. Selama ini, imbuhnya, pembangunan Indonesia hanya terpusat di darat sementara pembangunan di laut kurang mendapat perhatian khusus. "Ini terjadi karena pemimpin kita belum memiliki visi kemaritiman dalam tugasnya memimpin Indonesia," tegasnya.

Daniel juga meninjau kondisi transportasi maritim Indonesia. Ia menegaskan, kurangnya investasi di sektor kemaritiman mengakibatkan transportasi laut antar pulau menjadi tidak berkembang. Sehingga timbul kesenjangan sosial yang sangat nyata. Daniel pun mengambil dua contoh pulau yang amat jelas terlihat kesenjangan diantara keduanya, yakni antara pulau Jawa dan Papua. "Di Jawa, semua produk serba ada dan murah, sementara di Papua sangat mahal dan terbatas," ungkap dosen Jurusan Teknik Kelautan ini.

Ia menambahkan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi jika transportasi laut di Indonesia maju. Selain itu, pria kelahiran Klaten ini juga menerangkan bahwa hal ini juga disebabkan karena terlalu lamanya masa penjajahan di Indonesia. Selama lebih dari tiga abad, para penjajah menanamkan pemikiran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris. "Dampak ini akhirnya kita rasakan sampai sekarang," tambahnya.

Di akhir, Wing H Akbar Putra ST M Eng mengajak para peserta FKIM ini agar bangga menjadi mahasiswa kampus maritim. "Kita termasuk orang terpilih yang nantinya akan menggantikan para pemimpin. Di situlah kita harus bisa mengubah pemikiran masyarakat bahwa Indonesia adalah negara maritim," tegas dosen Jurusan Teknik Perkapalan ini. (pus/fin)