ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
23 Maret 2014, 15:03

GMAIL, Kupas Tuntas Perspektif Islam Tentang AEC

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menurut Prof Daniel M Rasyid PhD MRINA, perkembangan ekonomi dunia kini sedang bergeser ke Asia. Pemimpinnya merupakan negara China dan India dengan jumlah penduduk produktif yang terbesar di dunia. Dengan fakta tersebut, Indonesia juga memiliki kesempatan untuk menjadi salah satu pemimpin perkembangan ekonomi dunia. Pasalnya, jumlah penduduk produktif di Indonesia pun sangat besar.

Arus globalisasi yang semakin diperluas dengan adanya AEC juga dapat menjadi kesempatan besar bagi umat muslim Indonesia untuk menyebarkan ajaran Islam. "Kalau dulu orang datang ke Ka’bah, pulang membawa Islam. Sekarang orang Vietnam juga harus datang ke Indonesia dan pulang membawa Islam," ungkap dosen Jurusan Teknik Kelautan ini.

Caranya adalah dengan membenahi diri menjadi pribadi yang percaya diri dan tidak terseret arus budaya yang dibawa oleh kaum barat. Percaya diri disini merupakan rasa bangga terhadap Agama Islam dan menampilkan citra yang baik sebagai penganut agama Islam. Dengan begitu citra Islam di mata negara lain pun akan baik.

Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur ini juga mengungkapkan budaya barat yang kini sedang menjadi tren tidak dapat diterapkan di Indonesia. Hal itu karena budaya barat seperti transportasi dengan pesawat dan mobil membutuhkan energi yang besar. Maka dari itu Daniel menyarankan agar umat Islam Indonesia juga dapat membuat tren budaya hemat energi daripada berusaha mengikuti gaya hidup barat.

Namun, AEC atau pasar bebas ASEAN merupakan hal yang diadopsi dari kebudayaan barat. Tentunya banyak ketakutan bahwa AEC akan semakin menjauhkan umat Islam dari kebudayaan Islam sendiri. Dr Muhammad Nafik Hadi Ryandono SE Msi memiliki pandangan lain tentang hal tersebut. ”Semua ketakutan itu kembali kepada komitmen kita sebagai masyarakat muslim maupun sebagai Warga Negara Indonesia (WNI),” ungkap Ketua Departemen Ekonomi Syariah Universitas Airlangga (UA) ini.

Menurutnya, mengadakan AEC sama saja dengan menghadapi tantangan untuk mengalahkan kekhalifahan Amerika Serikat. Sama seperti Uni Eropa yang menciptakan mata uang euro untuk menyaingi dollar. Selalu ada hal yang dapat dilakukan Amerika untuk menginterverensi negara lain supaya tidak menjatuhkan kekuasaan Amerika. Maka dari itu, saat menghadapi ekonomi global nanti, iman dan nasionalisme WNI akan diuji. "Karena ekonomi tanpa nasionalisme itu sama saja omong kosong," tandasnya.

Mengembalikan Fungsi Edukatif Keluarga
Selain membahas tentang AEC dalam perspektif Islam, Daniel juga sempat mengungkapkan pandangannya tentang cara untuk menghadapi AEC 2015. Selain mengajukan gaya hidup hemat energi, Daniel juga mengajukan pengembalian fungsi keluarga menjadi fungsi edukatif.

Menurut Daniel, fokus pada edukasi saja tidak cukup. Ibaratnya, jika sekolah maupun universitas makan siang di warung, tetapi sarapan dan makan malam tetap akan dilakukan di rumah. Maka dari itu, keluarga merupakan tempat paling efektif bagi anak untuk belajar.

Daniel juga mengungkapkan gaya hidup yang dibawa oleh budaya barat mempunyai dua ciri, yakni perusakan lingkungan dan perusakan rumah tangga. Dengan menjamurnya budaya barat di Indonesia saat ini, kedua ciri tersebut dapat terlihat jelas. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia terdapat kasus 35 perceraian setiap jamnya. Fenomena anak yang terlantar atau kurang perhatian  yang kini sering terdengar di Indonesia muncul karena adanya fenomena perusakan rumah tangga tersebut. (gol/fin)

Berita Terkait