Terhitung sebanyak 1.000 mangrove telah disiapkan oleh panitia MIA sejak pagi hari. Tak lama kemudian, mereka pun langsung mengajak para rombongan dan peserta menuju tempat penanaman mangrove tersebut. Sekitar 15 menit melewati jalan setapak, mereka pun akhirnya sampai di lokasi lahan seluas 20 x 25 meter persegi.
Lahan yang terletak di muara pantai wilayah perhutanan mangrove Desa Wonorejo Surabaya tersebut memang sudah disiapkan oleh panitia sejak jauh hari sebelum acara dimulai. "Kebetulan waktu itu, kami melakukan survey dan menemukan space kosong ini untuk kami tanami," ujar Nyimas Fatimah Anggreani, ketua panitia MIA.
Perempuan yang akrab disapa Nyimas ini menjelaskan bahwa MIA ini sendiri merupakan acara tahunan dari Himabits. Akan tetapi, variasi perbedaan dari MIA tahun ini dengan tahun sebelumnya terletak pada sesi praktik langsung menanam pohon mangrove. "Soalnya, pada tahun sebelumnya kita hanya melakukan penyuluhan saja di kampung binaan daerah Keputih Timur Jaya itu, tahun ini lebih bervariasi dengan ditambah aksi langsungnya," lanjut mahasiswi angkatan 2012 ini.
Dalam acara tersebut juga terlihat beberapa orang asing dari luar kampus ITS. Mereka yang sengaja diundang tersebut terdiri dari beberapa mahasiswa Universitas Airlangga (UA), dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas. Tak hanya itu, kelompok petani tambak Trunojoyo-Wonorejo, serta para peserta lomba fotografi dan poster BOF pun turut hadir dalam MIA.
Diakui Nyimas, bahwasanya para mahasiswa dan kelompok petani memang diundang untuk ikut membantu menanam mangrove. "Kalau peserta lomba fotografi dan poster, mereka memang sengaja kami wajibkan datang karena spot hunting foto dan bahan posternya ya di acara MIA ini," jelas mahasiswi berkerudung kuning ini.
Sementara itu, ditemui di sela-sela waktu istirahat, salah satu anggota kelompok petani Trunojoyo-Wonorejo, Ratno Timur mengungkapkan rasa kegembiraanya terhadap acara yang digawangi oleh mahasiswa ahli Hayati ini. Menurutnya, acara seperti ini memang sangat positif dan sesuai dengan tujuan kelompok petani miliknya. "Karena memang, lewat MIA ini kami bisa berbagi ilmu mengenai arti penting dan cara menanam pohon mangrove itu sendiri," tuturnya.
Lelaki yang akrab disapa Ratno ini pun menekankan bahwa hal terpenting dalam acara menanam mangrove seperti ini adalah proses monitoring tanamananya. Sebab, Ia menilai jika hanya menanami saja, sudah banyak institusi yang telah melakukan. Akan tetapi, supaya mangrove bisa terus hidup dan tumbuh besar diperlukan proses perawatan yang tidak sebentar. "Minimal dua bulan sekali mangrovenya kita kunjungi, soalnya mereka bisa tumbuh dan hidup mandiri itu setelah berumur sekitar tiga tahunan," pungkas lelaki asli Wonorejo itu. (akh/sha)