Berbagai inovasi dan perbedaan ditekankan oleh Bias Robby Bidari, Sekretaris Divisi Chemistry Week Himpunan Mahasiswa Kimia ITS. Menurutnya, untuk tahun ini perbedaanya terletak pada metode penilaian yang bersifat seperti permainan monopoli. Tahun lalu, para peserta diberi modal berupa uang monopoli sebanyak 2.000 untuk menyelesaikan. Namun tahun ini, peserta diberi modal berupa waktu selama dua jam untuk menyelesaikan soal yang tersedia.

Keistimewaan lain pada NCC tahun ini adalah meningkatnya jumlah peserta. Tahun lalu, peserta hanya mencapai 500 tim, sedangkan saat ini bertambah menjadi 800 tim. Untuk itu, panitia tidak ingin main-main. Bahkan, panitia sampai menyelenggarakan seminar menjelang babak final bagian presentasi agar wawasan peserta bertambah. Tidak tanggung-tanggung, alumni jurusan Kimia ITS yang sedang melanjutkan studi S2 di Australia pun dipilih menjadi pembicara.

Dalam olimpiade ini, peserta tidak hanya harus menyelesaikan soal kimia yang rumit, tetapi juga harus mempresentasikan hasil praktikum mereka di hadapan para juri pada saat babak final. Presentasi yang disertai wawasan luas yang berhasil menarik perhatian para juri nantinya akan keluar sebagai pemenang. "Hal ini dilakukan agar para peserta tahu cara mengaplikasikan ilmu kimia yang sebenarnya," ujar Bias.

Setelah melalui persaingan sengit pada babak final selama 2 hari, keluar lima pemenang. Kelima tim tersebut berasal dari SMA Sragen BBS, SMAN 8 Jakarta, SMAK Penabur Gading Serpong, SMA Semesta BBS, dan Charis National Academy.

Salah satu peserta yang menjadi juara pertama, Yoga Rafinka , siswa SMA Sragen BBS, mengungkapkan kepuasannya dalam mengikuti NCC kali ini. Menurutnya, kualitas NCC tahun ini memang lebih baik dengan bobot soal yang bertambah. "Saya berharap tahun depan peserta NCC bisa bertambah karena ini kompetisi yang sangat menarik," ungkapnya ketika ditemui seusai acara. (pus/nir)