ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
25 Januari 2014, 10:01

Ajarkan Cara Budidaya Tanaman Organik

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menurut dosen yang akrab disapa Dodi ini, ITS menggelar pelatihan ini lantaran ingin menyadarkan kembali mengenai filosofi masyarakat Indonesia sebagai negara yang agraris. Dimana budaya pertanian khususnya menanam sayur-sayuran organik sebenarnya sudah sering dilakukan oleh orang-orang terdahulu. "Kalau memang sebenarnya kita mampu untuk memproduksinya sendiri, kenapa kita masih impor?" kritiknya.

Peserta yang mengikuti pelatihan ini merupakan undangan umum dari seluruh Civitas Akademika ITS. Mulai dari Mahasiswa, Dosen, warga perumahan ITS hingga masyarakat luar ITS. Dodi berharap dari jumlah peserta tersebut, sepulang dari pelatihan bisa langsung mengimplementasikan ilmunya. "Syukur-syukur kalau bisa satu rumah atau satu kos bisa menanam satu botol atau satu plastik," harap Dodi.

Pada sesi praktikumnya, para peserta pun diajak langsung mengunjungi lahan kebun milik tim urban farming ITS. Di lahan yang bersebelahan dengan Jurusan Material dan Metalurgi ITS itu, Syaiful, seorang praktisi urban farming selaku pemateri sudah siap membagikan ilmunya. Menurutnya, syarat menanam yang paling dasar yakni tersedianya media tanah, cahaya, air dan udara.

Pemberian kompos atau pupuk kandang bisa ditambahkan untuk bisa membantu menyuburkan dan mempercepat pertumbuhan. Apabila ingin menghasilkan produk sayuran organik, bisa dimulai dengan pemberian pupuk yang berasal dari bahan organik. Menurutnya, pupuk yang cocok adalah pupuk kompos yang sudah matang. Yakni pupuk kompos yang teksturnya yang sudah gembur atau merekah, dan tampilan komposnya telah berwarna coklat kehitaman. ”Dan telah berbau seperti tanah, tidak berbau kotoran lagi," tegas Pria yang juga anggota komunitas tanaman organik, Brenjonk ini.

Pupuk kompos sendiri, menurutnya bisa dibuat dengan mudah di rumah dengan tangan sendiri. Yakni dengan membuat tumpukan berurutan mulai dari sampah organik, kotoran hewan yang telah dikeringkan, arang sekam, serbuk kayu, bekatul, dan kapur dolomit di bagian paling atas. "Tebal tiap lapisan jangan lebih dari 15 cm, kalau panjang dan lebar penampang wadahnya bebas," jelas Pria berambut pendek ini.

Setelah semuanya tertumpuk kemudian ditutup dengan karung atau terpal. Tujuannya agar tidak terkena matahari atau hujan. Tetapi, juga diberi selang yang menembus tumpukan tersebut supaya tetap bisa menjaga kelembapan udara di dalam calon pupuk komposnya itu. Normalnya, waktu pembuatannya butuh waktu sampai enam bulan hingga bisa menjadi pupuk yang siap dicampur dengan tanah. "Tetapi kalau ditambahkan mol atau mikroorganisme lokal, cukup satu bulan sudah jadi pupuk," ujarnya.
Setelah kompos sudah siap, maka dicampurkan dengan tanah, baru setelah itu bibit bisa disebar dan ditutupi kembali dengan campuran tanah-kompos lagi. "Dengan pengawasan dan pengontrolan debit airnya, tanaman organik Ibu bisa tumbuh subur," ungkapnya kepada para peserta yang duduk tepat di depannya.
Sementara itu, Yoyok, salah satu peserta mengungkapkan bahwa pelatihan ini bisa menambah ilmu dan wawasan mengenai tatacara berkebun. "Dulu tahunya cuman bisa nanam cabe, sekarang saya ingin mencoba menanam sayuran lain yang tentunya berorganik," pungkas wanita yang tinggal di perumahan dosen ITS ini. (akh/fin)

Berita Terkait