Mutawalli Alfin Noura, Ketua UKM Cinta Rebana menjelaskan bahwa Majelis Diba’ atau yang biasa disebut diba’an rutin memang dilaksanakan sepekan sekali, yaitu setiap Kamis malam. Pria yang akrab disapa Alfin ini mengaku bahwa tidak mudah untuk menyelenggarakan diba’an di ITS. Dengan perjuangan dari UKM CR, diba’an pun dapat diselenggarakan sejak tahun 2005.
Kegiatan diba’an sendiri dimulai dengan pembacaan surat Yasin dan pembacaan zikir. Selanjutnya baru dilantunkan selawat diba’iyah yang diiringi dengan tabuhan rebana.
Tak hanya itu, tiap tiga minggu sekali selepas diba’an anggota UKM Cinta Rebana pun melanjutkan kegiatan tersebut dengan berziarah ke makam Sunan Ampel. ”Kami juga mengadakan kajian kitab diba’iyah sebulan sekali dengan mengundang pembicara,” tuturnya.
Mahasiswa dari Jurusan Arsitektur ini menambahkan bahwa tradisi diba’an bertujuan menerapkan kultur luhur yang telah ada di masyarakat untuk diterapkan di kampus. Alfin menambahkan adanya diba’an ini juga untuk mengajak sivitas akademika ITS agar gemar berselawat dan memperkenalkan kebudayaan berupa rebana. ”Rebana sebenarnya budaya nusantara yang harus dilestarikan, maka dari itu kami juga berusaha membuat acara agar tidak terkesan ekslusif, karena diba’an untuk umum” imbuhnya.
Harapan selanjutnya, Alfin berencana untuk mengkombinasikan rebana dengan angklung saat melakukan diba’an. Hal tersebut dilakukan agar penampilan diba’an dapat lebih menarik dan terlihat nasionalis.
Hilyatun Nuha, mahasiswa yang sering menghadiri diba’an menuturkan bahwa banyak manfaat dari acara tersebut. Diantaranya yaitu, dapat mempertahankan tradisi dan mempererat tali silaturrahmi antar mahasiswa. ”Selepas berselawat dapat membuat hati dan pikiran lebih tenang setelah penuh dengan jejalan tugas-tugas kuliah,” ujar mahasiswa Jurusan Teknik Industri tersebut. (mis/sha)