Mengusung nama Ide Store, stan milik mahasiswa Despro ini selalu tampak ramai oleh para pengunjung. "Bajunya bagus-bagus, terus juga pas dan cocok dengan harganya," ungkap Pratiwi, salah satu pembeli.

Farah Ashifa, koordinator Ide Store menjelaskan bahwa keikutsertaan Ide Store ini bukanlah kali pertama. "Sebulan yang lalu juga pernah ikut di sini juga, tapi kebetulan untuk saat ini bersamaan dengan acara Tokyo Rising, jadi tambah ramai," jelas Farah.

Dalam acara ini, Ide Store menyiapkan sekitar 400 barang bekas berbagai jenis. Mulai dari baju, sepatu, kerudung, topi hingga tas samping. Meskipun bekas, pihaknya memastikan telah menyortir barang-barang tersebut.

Dari hasil pemilahan, jika barang masih masih berkualitas dan layak dijual maka akan ikut ditawarkan. "Sebelumnya kami menawarkan ke teman-teman jurusan siapa yang mau menjual barang-barang yang sudah nggak kepakai lagi. Kami kumpulkan, dipilah lalu jual di sini," jelas Farah seraya menunjukkan satu buah baju yang dijual dan masih tampak bagus.

Untuk menjalankan kegiatan tersebut, ia dan tim memegang prinsip one man’s trash is another man’s treasure untuk menjalankan kegiatan tersebut. Maksudnya, jika seseorang menganggap satu barangnya sudah tak terpakai dan layak dibuang, maka bagi Ide Store barang tersebut bisa disulap menjadi uang dengan cara dijual kembali. "Alhamdulillah banyak pengunjung yang mengaku kalau barang-barang kami bagus-bagus. Bahkan ada yang sampai tanya apa ada toko online-nya juga untuk Ide Store ini," tuturnya sumringah.

Diakuinya, hasil penjualan tersebut dibagi dengan perbandingan 70: 30. Sebanyak 70 persen akan diserahkan kepada pemilik barang dan sisanya menjadi hak dari Ide Store. "Rencananya, dua setengah persen milik kami tadi, juga akan kami sumbangkan ke kaum dhuafa, tergantung nanti koordinasi dengan departemen Sosmas Hima Ide," pungkas mahasiswi angkatan 2011 ini. (akh/ran)