ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
21 Desember 2013, 22:12

JTK ITS, Bekali Mahasiswa Untuk Dunia Migas

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Fajar Ibrahim, ketua panitia, mengatakan sejak awal antusiasme pengunjung seakan tak pernah surut untuk mengetahui pemahaman mengenai pengolahan migas dari hulu hingga hilirnya. Ia menjelaskan topik tentang Teknologi Eksplorasi Sumber Daya Alam Pada Daerah Lepas Pantai memang sengaja dipilih dalam seminar tersebut. ”Ini adalah suatu hal yang identik dengan JTK,” ujarnya.

Ibrahim, sapaan akrabnya, mengaku kini sudah saatnya mahasiswa mengetahui seluk beluk dunia kerja secara nyata. ”Baik dari segi teknologi ataupun peralatan yang digunakan oleh berbagai perusahan eksplorasi migas,” jelas mahasiswa angkatan 2010 ini.

Dalam pelaksanaannya, dua pembicara handal di bidangnya pun didapuk sebagai pembicara. Diantaranya adalah Ir Pamudji Rahardjo. Pria yang juga engineer PT Helliburton tersebut memaparkan kebanyakan dari mereka yang ingin bekerja di perusahaan migas memiliki ekspektasi berlebih terkait gaji yang akan didapat. Ia mengungkapkan maklum menyoal hal tersebut mengingat tingginya resiko yang dipertaruhkan para pekerja yang bergerak di bidang migas.

Lebih lanjut, ia pun menjelaskan hal itulah yang menyebabkan setiap pegawai akan ditutut untuk memiliki sikap disiplin yang tinggi. Menurutnya, Sedikit saja kesalahan terjadi akan berakibat fatal bagi perusahaan maupun keselamatan pegawai lainnya. ”Apalagi ketika eksplorasi migas dilakukan di wilayah lepas pantai,” jelasnya.

Selain itu, Pamudji turut menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi ketika mengambil cadangan minyak bumi. Ia mencontohkan hal tersebut tidaklah semudah mengambil air dari sungai atau sumur. Banyak aspek yang perlu dikaji mengenai suatu titik yang dianggap memiliki potensi mengandung minyak. ”Mulai dari pemindaian bawah tanah dengan seismic tomography dan drilling operation, hingga penerjemahan dengan digital efficiency method pada layar computer, semua harus dilakukan,” ungkap Pamudji.

Ia juga menambahkan setelah semua itu dilakukan peluang sumur tersebut berisi air dan gas pun belum bisa dipastikan. Sehingga, tak jarang para pengebor mau tidak mau membuat sumur baru yang lebih berpotensi. ”Hal itu dapat diketahui dari alat sensor yang mampu membedakan antara air, gas, minyak ataupun senyawa yang lain,” ujar pria yang juga alumni Jurusan Teknik Elektro ITS ini.

Senada dengan Pamudji, I Gusti Sianarya Sideman menjelaskan Indonesia bukanlah negara yang kaya akan migas. Hal ini dibuktikan melalui posisi Indonesia yang menduduki peringkat ke-28 dari total seluruh negara yang memiliki cadangan minyak dunia. ”Jadi Indonesia hanya memilii 0,22 persen dari total cadangan minyak dunia,” tegas salah satu anggota Direktorat Jenderal Migas ini.

Di akhir, ia pun berpesan agar Indonesia terus berupaya untuk mencari sumber minyak yang baru sekalipun berada di daerah lepas pantai. Ia yakin kondisi inilah yang menjadi peluang bagi para insyinyur asal Indonesia, khususnya ITS untuk berkarir. ”Toh baik fasilitas, tenaga pengajar maupun mahasiswanya tak kalah berkualitas bila dibandingkan dengan mahasiswa asing,” tutupnya (ap/man)

Berita Terkait