Selain membahas perkembangan teknologi dan industri energi laut, workshop ini juga menghasilkan kesepakatan kerjasama antara industri, asosiasi, dan perguruan tinggi (PT) di Jepang dan Indonesia. Seperti kerjasama yang dilakukan oleh ASELI bersama OEAJ, ITS dan Saga University, serta Mitsubishi Heavy Industry dengan PT Terafulk Mengantara.

Lebih lanjut, Prof Yasuyuki Ikegami dari Saga University mengatakan bahwa Indonesia dapat menjadi pusat energi laut di wilayah Asia Tenggara. Yasu, panggilan akrabnya, menyatakan kerjasama ini bukan hanya berarti bagi kebangkitan industri energi dan kelautan di Indonesia, melainkan juga di ASEAN.

Sebagaimana diketahui Indonesia merupakan negara yang memiliki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) terbesar ketiga di dunia. Sedangkan Jepang memiliki posisi terbesar keenam. Menurutnya, hal tersebutlah yang melatarbelakangi disepakatinya kerjasama antar kedua negara kepulauan tersebut.

Senada dengan Yasu, Prof Ir Mukhtasor MEng PhD juga yakin saat ini para pelaku energi laut di Indonesia dan Jepang telah siap untuk mengembangkan bidang ini. ”Karena itu, kami berharap pemerintah dapat merealisasikan kebijakan pengembangan proyek energi laut secepatnya,” ujar Ketua ASELI ini.

Selama ini, lanjutnya, belum banyak program yang serius memikirkan hal tersebut jauh ke depan. Untuk itu ia menjelaskan diperlukan sosialisasi lebih lanjut kepada para pemangku kepentingan agar pengembangannya dapat berjalan optimal. Selain pemerintah, ia mengungkapkan peran PT sangatlah penting guna mewujudkan proyek ini. ”PT harus menyiapkan sumber daya manusia dan teknologinya,” tekannya.

Di akhir, pria yang juga Guru Besar Jurusan Teknik Kelautan ITS tersebut berharap ITS dapat visioner dalam melihat tantangan ekonomi laut. Mukhtasor menegaskan kampus perjuangan harus siap menangkap peluang itu. ”Semisal dengan melakukan riset lebih lanjut atau mempersiapkan multi disiplin ilmu pasca sarjana yang mempelajari Teknik Energi Laut,” katanya. (oly/man)