ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
16 Desember 2013, 10:12

Menyelam Sambil Melakukan Riset

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Masteria bercerita bahwa dunia marine natural product sudah digelutinya sejak ia masih menempuh jenjang sarjana di Universitas Andalas, lebih dari enam tahun. Mulanya, ia mendapat tawaran untuk melakukan penelitian di daerah Mentawai, Bali, dan Lombok. Penelitian ini yang turut bekerjasama dengan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Italia itu dijalaninya dengan serius.

Sejak saat itu, Masteria tertarik untuk memperdalam marine natural product. Segera setelah ia menyelesaikan S1-nya, ia langsung bertolak ke Itali untuk meneruskan pendidikannya. Pria asli Padang ini lantas meneliti spons yang hidup di laut sebagai bahan thesisnya. Penelitian tersebut mengantarkan Masteria menemukan zat anti malaria.

Masteria mengaku, spons bahan penelitian tersebut diambil dari perairan Indonesia yaitu di laut Bunaken. Sebab, sejak awal Masteria memang ingin mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia. ”Jenis biota laut setiap tempat memang berbeda. Kalau biota di Eropa sudah banyak yang meneliti sehingga saya pilih di Indonesia,” ungkap pria 29 tahun ini.

Hal yang sama juga ia lakukan ketika menempuh pendidikan doktor nya. Ia memutuskan untuk meneliti koral yang berada di Bunaken. Kala itu, ia berusaha meneliti beberapa senyawa aktif pada koral untuk mendapatkan senyawa glikolipid dengan gugus asitilen. ”Biasanya glikolipid di alam itu gugusnya OH. Tapi saya berhasil menemukan gugus asetilen pada glikolipid,” paparnya.

Masteria menjelaskan bahwa senyawa tersbut dapat digunakan sebagai obat anti inflamatori. Obat tersebut dapat digunakan untuk menekan rasa sakit atau nyeri pada beberapa jenis penyakit.

Riset yang ia lakukan tak berhenti begitu saja. Bahkan, Masteria semakin aktif setelah resmi menjadi dosen ITS sejak Februari 2013 tersebut. Menurutnya, senyawa yang ia buat baru dalam lingkup laboratorium sehingga belum bisa benar-benar diproduksi. ”Masih banyak tahap yang harus dilewati hingga akhirnya dapat diproduksi massal,” imbuh penggemar sepak bola ini.

Dalam pengembangan risetnya, Masteria berkeinginan untuk menggandeng Tokyo University agar dapat melanjutkan riset di Jepang. ”Banyak hal yang harus dipelajari soal soft coral,” katanya.

Setidaknya terdapat lima jurnal internasional yang berhasilkan diterbitkan lewat penelitian ini. ”Beberapa jurnal lagi akan menyusul,” tambahnya. Jurnal tersebut mengantarkan Masteria untuk menjadi editor di beberapa website publikasi jurnal. Kini, ia menjadi editor in chief di Journal of Coastal Life Medicine dan editorial board member di Asian Pacific Journal of Tropical blome.

Beberapa kendala pun sempat ia hadapi dalam melakukan riset tersebut, terutama dalam hal pedanaan. Menurutnya untuk menyelam dan pergi ke laut yang dituju pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit. ”Indonesia sebenarnya memiliki laut yang luar biasa baik dalam biota lautnya. Namun, biaya yang dikeluarkan jelas tidak sedikit,” kata pria yang juga memiliki hobi berenang ini.

Saat mengetahui adanya kompetisi ICMCTA, Masteria berminat untuk mengikuti. Setelah mengikuti seluruh tahapan seleksi, penelitian tersebut berhasil mendapatkan juara dua. Awalnya, Masteria mengaku tidak menyangka bisa mendapatkan juara dua. Sebab, banyak peserta lain memiliki usia yang terpaut jauh dari peserta lainnya. ”Usia jauh berarti pengalaman penelitian yang lebih lama,” terangnya dengan sumringah.

Pengalaman Menyelam
Saat ditemui di laboratorium Geokimia Organik jurusan Kimia ITS, ia juga berbagai cerita soal pengalamannya menyelam dan mencari biota laut yang sesuai dengan risetnya. Diakuinya, kegemaran menyelam bermula sejak tahun 2007. Tak heran, ia pun sudah mengantongi sertifikat menyelam. ”Sertifikat menyelam saya kelas advance dengan jam terbang 200 meter per jam,” tuturnya bangga.

Tak hanya di Indonesia, Masteria pernah menyelam di beberapa laut di benua Eropa. Ia merasakan perbedaan antara laut antara laut Indonesia dan laut di Eropa, terutama dalam hal suhu. Selain itu, Masteria menjelaskan bahwa laut di Indonesia pun lebih jernih dari pada laut di negara lain. ”Bila menyelam di laut Indonesia, kita bisa melihat pemandangan bawah laut dengan jelas. Kalau di laut Mediterania agak susah melihat ke bawah laut,” tutupnya. (sha/ran)

Berita Terkait