Nihlatul Falasifah, ketua panitia menjelaskan, jumlah bahasa yang diajarkan kali ini sedikit berbeda dibanding dengan sebelumnya. Tahun lalu, ada tiga bahasa yang diajarkan, yaitu Thailand, Myanmar dan Kamboja. ”Sekarang bahasa Myanmar diganti dengan Malaysia. Sebab pengajarnya tidak ada," ujar Nihla ketika ditemui usai acara.
Pada sesi pertama, Haizun Sama-ae, pengajar Bahasa Thailand membuka sesi dengan mengenalkan sejumlah alfabet bahasa Thailand. Menurutnya, ada 44 pyanchnak (konsonan, red) dan 32 srak (vokal) dalam bahasa Thailand. Ia juga tak lupa untuk mengajarkan bagaimana cara melafalkan huruf-huruf tersebut.
Pada sesi kedua, Anis Afuza, pengajar bahasa Malaysia tak kalah bersemangat untuk memperkenalkan bahasa Malaysia kepada peserta. Menurut Anis, meski identik, tapi bahasa Indonesia dan Malaysia tidak selalu sama. ”Pernah suatu kali teman saya meminjam penghapus. Saya terkejut sekali, karena di Malaysia penghapus berarti pembunuh,” kenang Anis yang disambut riuh tawa peserta.
Pada kesempatan tersebut, kelompok dari kelas bahasa Kamboja membawakan tari Madison, kelompok kelas bahasa Thailand menyanyikan lagu Balonku Ada Lima dalam bahasa Thailand, sedangkan Malaysia membawakan Tari Zapin. ”Simulasi ini bertujuan agar peserta lebih percaya diri untuk berinteraksi dan lebih mengenal budaya setiap negara,” kata Nihla. (oti/ran)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung