Dialog yang diadakan rutin setiap akhir tahun oleh Fakultas Teknologi Industri (FTI) ini, kali ini menghadirkan PT Semen Tonasa. Yetti Infelda, perwakilan industri petrochemichal ini, menyebutkan beberapa hal yang menjadi tantangan perkembangan teknologi industri.

Tantangan tersebut meliputi kecepatan perkembangan teknologi yang berbeda-beda, kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), infrastruktur dan pendanaan riset, serta regulasi yang tersedia. Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, perguruan tinggi dinilai perlu memiliki andil dalam perkembangan industri ke depannya. ”PT Semen Tonasa sendiri sangat terbuka untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi,” ujar Yetti saat ditemui usai acara.

Namun, ia juga menyatakan, kerja sama yang dijalankan instansinya terbatas pada proyek yang sedang dikerjakan. ”Jadi biasanya kami bekerja sama hanya dengan perguruan tinggi setempat, misalnya pembuatan analisis dampak lingkungan (Amdal),” lanjutnya.

Perlunya hubungan yang erat antara industri dan pergruan tinggi dikarenakan industri merupakan the real laboratory bagi penelitian yang dilakukan mahasiswa. ”Itu juga sebagai upaya agar mahasiswa mengetahui kasus-kasus nyata dalam dunia tenologi industri. Jadi kami tidak inferior, tapi juga bisa menjadi problem solver untuk permasalahan nyata,” terang Dr Bambang Lelono Widjiantoro ST MT, Dekan FTI, yang ditemui pada kesempatan yang sama.

Sementara itu, PT Semen Tonasa bekerja sama dengan ITS dalam studi kelistrikan jaringan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru. ”Awalnya saya juga tidak tahu adanya potensi-potensi itu di perguruan tinggi yang bersangkutan,” kata Yetti.

ITS Perlu Tunjukkan Potensi
Yetti menganggap masalah utama hubungan industri dan perguruan tinggi adalah komunikasi. ”Kami jadi kurang mengetahui potensi-potensi yang mereka miliki,” lanjutnya. Dengan adanya dialog seperti ini, ia menganggap kini tersedia fasilitas yang menghubungkan kedua belah pihak.

Menanggapi hal itu, pihak ITS akan melakukan tindakan-tindakan lebih lanjut untuk menunjukkan potensinya. Tidak cukup sampai di situ, diharapkan ITS nantinya dapat melibatkan diri lebih banyak sebagai problem solver yang ada di dunia industri. (oly/nir)