Michael Ignatus Mundung dan Cintantya Budi Casita merangkai susunan jembatan yang berupa miniature dengan skala 1:100. Jembatan dominan putih tersebut dipercantik dengan maket yang dihubungkan dengan ujung-ujungnya. O-Arch, itulah nama jembatan busur yang tampil pertama kali mewakili ITS dalam ajang KJI. ”Tahun lalu juga sebenarnya sudah kirim proposal, tapi ntah kenapa proposal yang kami kirim nggak sampai,” ujar Cintantya Budi Casita yang biasa dipanggil Sisi tersebut.

Jembatan ini ditaksir akan kuat menahan lendutan hingga 1,1 mm. Sebagai informasi, untuk uji pembebanan, bentang jembatan akan diberi beban sebesar lima kilogram. Pemberian beban dilakukan secara bertahap, mulai dari satu kilogram, dua kilogram, dan seterusnya hingga lima kilogram. Hasilnya, semakin kecil panjang lendutan, maka semakin kokoh jembatan tersebut.

Meleset dari taksiran awal, jembatan tim ITS ini hingga beban lima kg hanya menghasilkan lendutan sebesar 0,32 mm. ”Perhitungan awal kami malah 1,45 sebenarnya, tapi ketika dihitung menggunakan program menjadi 1,1 milimeter. Jadi nggak nyangka ternyata ketika running di kompetisi bisa mencapai 0,32 mm,” terang mahasiswa angkatan 2011 tersebut riang.

Mulanya, Sisi dan tim menganggap bahwa pesaing tangguh untuk katagori ini adalah tim Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Indonesia (UI). Namun, pada saat penilaian uji pembebanan, lendutan yang dihasilkan justru lebih besar dengan selisih yang juga cukup banyak. Untuk ITB dan UI berturut-turut 1,14 milimeter dan 0,91 milimeter. Sedangkan, Polban yang mulanya tidak termasuk perhitungan ITS justru memuncak dengan lendutan sebesar 0,31 milimeter.

Melihat pencapaian ini, Sisi optimis dengan hasil yang akan diumumkan, Minggu (1/12). ”Tidak hanya uji beban yang menjadi kriteria penilaian, masih banyak yang lain. Pastinya, kami puas dengan hasil kerja ini dan optimis terhadap hasilnya nanti,” tutupnya. (oly/ran)