Jembatan Songgolangit ini dirakit menggunakan profil hollow. Sedangkan umumnya, peserta KJI jembatan baja dari perguruan tinggi lain menggunakan profil siku. ”Kami ingin menunjukkan sesuatu yang beda,” ujar Tubagus Kamaludin, Ketua tim Ksatria Baja. Selain itu, profil tersebut dipilih berdasarkan kemampuannya dalam menahan tekukan. ”Profil hollow itu lebih kuat dalam menahan tekukan jika dibandingkan dengan profil siku,” tambah Kamal.
Sayangnya, perhitungan tim Ksatria Baja tersebut meleset. Perkiraan awal, ukuran lendutan yang terjadi dengan pembebanan 400 kilogram hanya sepanjang 1,4 milimeter. Namun, pada saat pengujian beban, lendutan mencapai 10 milimeter. Bahkan itu juga berarti melebihi batas maksimal yang ditentukan oleh panitia, yakni 7,5 milimeter. ”Pertama yang perlu kami lakukan adalah kroscek ulang saat pemilihan profil hollow tersebut,” kata Erwin Hidayat, ketua kontingen KJI IX ITS.
Lebih lanjut, Erwin menceritakan bahwa persiapan seluruh anggota tim sebenarnya sudah maksimal. Namun, tidak dipungkiri, memang ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan ketika uji coba tetapi tidak dilakukan. Salah satu contohnya adalah pengecekan kemiringan jembatan. ”Itu nanti akan sangat berpengaruh terhadap distribusi gaya saat pembebanan,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Fajar Yudha Pamungkas juga mengungkapkan bahwa keikutsertaan ITS dalam kategori jembatan baja ini memang baru pertama kali. ”Jadi belum banyak transfer ilmu yang kami dapatkan,” ujarnya. Ia berharap tim ITS tahun depan akan belajar dari pengalaman yang telah didapatkan saat ini.
Ia juga mengungkapkan bahwa seharusnya tim bertanggung jawab terhadap detail pekerjaan ini. Mulai dari material, kerapian perakitan, juga metode pengerjaan. ”Selalu lakukan pengecekan dengan detail, agar cepat diperbaiki dan ketika tes run pengerjaannya bisa lancar,” tambahnya.
Meski untuk uji pembebanan ini Songgolangit cukup jauh dari target, setidaknya tim ini masih bisa bernafas lega. Hal ini lantaran desain jembatan yang estetis. Profil hollow yang dibangun dengan metode konstruksi sesuai dengan buku panduan ini memiliki Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terlengkap.
”Tim lain masih ada yang metode konstruksinya tidak sesuai panduan. Insya allah, K3 kami lengkap. Tim lain nggak ada yang pake penangkal petir seperti kita,†kata Erwin. Namun, tim ITS belum dapat memastikan hal tersebut dikarenakan keputusan mutlak tetap berada di tangan juri nantinya. ”Yang paling penting ya banyak-banyak berdoa,” lanjutnya sambil bercanda. (oly/ran)
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas