Setelah berhasil menyulap Jalan Tunjungan pada pekan lalu sebagai lautan manusia, kini ITS kembali nongkrong di luar kampus. Sasaran civitas akademika ITS saat ini adalah Tugu Pahlawan. Tak main-main, Ikatan Alumni ITS sampai menyediakan 3 bus untuk menjemput rombongan kampus biru ini. Alhasil, jalanan sempat macet.
Nyanyian Paradoks Negeri yang merupakan plesetan dari lagu 17 Agustus menggema di langit Surabaya. Lagu tersebut menyindir negara untuk segera mengentas kemiskinan, menghapus kesengsaraan rakyat, serta memberantas tidakan korupsi.
Saat menyampaikan materi, Prof Ir Soegiono, mantan Rektor ITS, mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk turut memperingati jasa pahlawan nasional dan mengaplikasikanya pada kehidupan berbangsa dan bernegara. ”Apalagi kepada civitas akademika ITS, yang mana institusinya sendiri menyandang nama sepuluh Nopember,” ucap Rektor ITS periode 1995-1999 dan 1999-2003 ini.
Ia melanjutkan, semangat perjuangan juga bisa diaplikasikan lewat kehidupan kampus. Contohnya, kampus ITS haruslah melahirkan anak didik dan lulusan yang cerdas, beriman, dan berguna bagi bangsa. Dalam bidang riset ilmiah pun, ITS harus menghasilkan output penelitian yang kreatif, aplikatif, dan bermanfaat untuk masyarakat. Tidak hanya itu, dia juga menekankan bahwa mahasiswa harus independen. " Katakan yang mangganjal. Jangan jadi yes man, apalagi menganut paham asla bapak senang," ungkapnya.
Senada dengan Soegiono, Dr Ir Bambang Sampurno MT, Ketua Badan Pembinaan Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni ITS, mengatakan, setiap kegiatan penelitian dan akademik harus berlandaskan nilai-nilai sepuluh Nopember. Maksudnya penelitian-penelitian tersebut harus mengamalkan nilai-nilai kepahlawanan. Karena ITS milik pribumi asli. “Kampus ini (ITS, red) merupakan kampus yang dilahirkan oleh anak pribumi Indonesia bukanlah kampus peninggalan jajahan colonial Belanda,†ujarnya.
Tidak hanya itu, Bambang juga menghimbau kepada segenap civitas akademika untuk menerapkan semangat kepahlawanan. Salah satunya dengan melakukan pengabdian terbaik yang dapat diberikan kepada bangsa dan negara sesuai dengan profesi yang sedang dijalani. ”Sudah banyak yang diberikan rakyat untuk kita, kini giliran ITS berkontribusi kepada rakyat melalui produk-produk yang bermanfaat,” tutur dosen Jurusan Teknik Mesin tersebut.
Rekomendasi untuk Pemerintah
Acara yang diadakan di Tugu Pahlawan ini pun sangat meriah dan khidmat. Selain dialog kebangsaan, Keluarga Mahasiswa (KM) ITS juga mengeluarkan rekomendasi yang ditujukan kepada pemerintah.
Mereka ingin agar pemerintah mengembalikan sistem ekonomi kerakyatan, kebudayaan nasional yang berkepribadian, membangun kedaulatan energi nasional. Tidak hanya itu, mereka juga menuntut agar peran partai poltik segera dibenahi, Indonesia kembali kepada UUD ’45 dan Pancasila, melakukan reformasi moral kepemimpinan nasional, serta pembenahan sistem demokrasi.
Peringatan ini merupakan acara yang kedua kalinya. Tahun lalu, acara serupa digelar di Taman Makam Pahlawan. Bagi Mukhlis Ndoyo, Presiden BEM ITS, acara peringatan hari Pahlawan ini sangat sakral. " Semangat Sepuluh Nopember adalah nafas yang menjiwai kampus ITS,†ujarnya mantap (ady/m13/m8/nir)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan