Ide itu dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM GT) dengan judul ”Surabaya Frishapp Kota Terapung Masa Depan dengan Desain Floating Ring Shaped Plate sebagai Solusi Pemekaran Kota Surabaya”. Pada Pekan Ilmiah Mahasiswa (Pimnas) XXVI dua pekan lalu di Mataram, Nusa Tenggara Barat, karya mereka meraih dua medali emas, yakni untuk kategori poster dan presentasi.
Rigan Satria mengaku pada awalnya memang tidak mudah mencapai prestasi yang kini ia dan timnya raih. ”Karya ini juga pernah kami ikut sertakan pimnas tahun lalu, tapi di seleksi awal saja sudah tidak lolos,” akunya. Meski begitu mereka tak lantas menyerah dan terus lanjut melakukan penyempurnaan. Prestasi yang ia capai ini merupakan buah hasil perjuangan mereka selama satu tahun terakhir.
Rigan menyatakan, awalnya ide rumah apung masa depan muncul karena beberapa hal. Selain dampak negatif reklamasi, naiknya permukaan air laut dan tingginya laju pertumbuhan penduduk menjadi alasan lain penciptaan ide tersebut. ”Kalau dengan reklamasi, selain merugikan manusia, juga merugikan habitat laut, bahkan merusaknya,” ujar mahasiswa Jurusan Arsitektur yang baru saja menyelesaikan pendidikan S1-nya ini.
Dalam kota apung ini ada beberapa bangunan yang merupakan fasilitas umum dan pemukiman warga. Bangunan utama memiliki diameter sepanjang 200 meter dan mampu menampung 12.000 penghuni. ”Di main building terdapat rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum lainnya,” kata Rigan.
Sedangkan di setiap ‘cincin’ area rumah apung dapat dihuni hingga 32 orang. Pembuangan limbah juga tak luput dari perhitungan. Sebelum akhirnya di buang ke laut, limbah akan terlebih dahulu diolah sehingga tidak mencemari kawasan perairan. Kota apung ini bisa diterapkan di daerah pesisir manapun yang merupakan perairan tenang.
Komponen bangunan utama kota apung sendiri terdiri dari beberapa bagian. Yakni top rise, area fluktuatif, town ring, dan badan tumpu. Top rise merupakan bagian bangunan paling atas yang menggunakan konstruksi baja sebagai struktur penangkal petir dan penangkap sinyal. Sedangkan town ring merupakan bagian bawah bangunan yang terbuat dari bahan kedap air sehingga dapat menerima gaya tekan air dengan baik.
Antara top rise dan town ring dihubungkan dengan area fluktuatif. Area ini didukung sistem pegas sehingga dapat meredam tumbukan. ”Konsepnya sama seperti kereta monorel. Jadi antara bagian atas dan bawah tidak langsung menempel. Sehingga tahan terhadap goncangan gempa. Apalagi hanya pergerakan permukaan air laut,” kata mahasiswa yang sekarang melanjutkan S2 Perancangan Arsitektur di ITS ini.
Pondasi kota apung tertancap di dasar laut namun bersifat floating fluktuatif terhadap pergerakan air. Efek dari pergerakan air tidak terlalu berarti dibandingkan dengan reklamasi. Sehingga pondasi tidak gampang rusak.
Konsep kota apung dirancang tanpa kendaraan pribadi karena sudah disediakan transportasi umum untuk para penghuninya. Hal tersebut untuk mewujudkan green architecture dalam rancangan kota apung yang dibuat.
Selain aksesibilitas, pembangkit listrik juga tidak menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM), namun memanfaatkan kondisi alam yang ada di sana. ”Di area laut kan kaya angin, jadi kita menggunakan kincir angin, selain itu juga memanfaatkan solar cell dari sinar matahari,” lanjut Rigan.
Menurut Rigan konsep kota apung yang dipadukan dengan green concept architecture membutuhkan investasi awal yang tidak sedikit. Namun konsep ini memang dirancang agar ramah lingkungan dan efisien. ”Memang dibutuhkan investasi yang besar di awal untuk merealisasikan konsep ini, tapi pasti akan sustainable dalam jangka waktu 50 sampai 100 tahun lagi,” kata dia. (oly/ali)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,