Lima tahun perjuangan ITS untuk mencapai juara umum dalam Pimnas berbuah manis. Meski perlu diakui, gelar tersebut bukan sebuah perjuangan yang singkat dan instan. Hingga saat ini untuk mempertahankan gelar juara itu pun bukan perkara yang mudah. Menurut Ferdi, sudah saatnya ITS bicara kualitas, bukan lagi kuantitas. Sebab kuantitas akan terpenuhi dengan sendirinya. ”Karena hampir semua mahasiswa ITS tahu apa itu PKM dan pernah membuat PKM,” ungkapnya.

Contoh kualitas pada proposal PKM Penelitian, bukan jamannya lagi judul yang diajukan merupakan Tugas Akhir dari seniornya. Melainkan benar-benar sudah dikonsultasikan ke laboratorium serta mencari pembimbing yang tepat. Sementara untuk PKM Kewirausahaan (PKMK), ia menekankan, perlu beralih ke usaha lain selain kuliner. ”Bukan jamannya lagi yang lolos ke Pimnas itu produk kuliner,” tandasnya.

Sementara untuk PKM Pengabdian Masyarakat (PKMM), Ferdi mengingatkan, agar mahasiswa ITS benar-benar melakukan survei terkait kebutuhan masyarakat. Dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki masyarakat, manfaat dari PKMM lebih dapat dirasakan. ”Bukan dengan bersemedi di depan laptop dan mencari masalah dari google,” guraunya disambut tawa para mahasiswa.

Hal ini didukung dengan fakta yang terjadi pada Pimnas 26 lalu. PKMM yang mendapatkan medali emas, justru bahasan yang menyentuh sisi sensitif dari kehidupan. Semacam hal-hal yang dianggap tabu oleh masyarakat. Diantaranya yakni seks, trafficking, dan hal-hal negatif lainnya. ”PKMM bisa berupa membuat pencegahannya,” ujarnya.

Selain Workshop PKM ini, untuk membangkitkan euforia PKM 2013, Kementerian Riset dan Teknologi BEM ITS akan melakukan publikasi besar-besaran di Keluarga Mahasiswa (KM) ITS. Tidak hanya itu, seluruh himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) diwajibkan untuk mengadakan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (PKTI) maksimal dalam kurun waktu hingga dua pekan ke depan. (fin/nir)