Sebelum datang ke ITS, Ir Rully Choirul Azwar bersama rombongan pansus terlebih dahulu mengunjungi industri strategis, PT PAL. Sebagai industri yang bergerak di bidang teknik, PT PAL dibutuhkan pula dalam penjaringan aspirasi. ”Sekitar 900 dari 1200 orang yang bekerja di PT PAL adalah insinyur,” cerita Rully saat ditemui Selasa (11/9).
Jumlah insinyur yang sangat banyak tersebut membuat kekhawatiran tersendiri menjelang AFTA 2015. Pasalnya, insinyur Indonesia saat ini belum bersertifikasi. Jika insinyur asing ingin bekerja di Indonesia, tidak akan sulit asal memiliki sertifikat dari negaranya. Sedangkan insinyur Indonesia tidak akan bisa diterima asing tanpa sertifikat. ”Jangankan di luar negeri, di negeri sendiri saja posisinya bisa di bawah para insinyur asing,” lanjutnya.
Untuk itu, pansus kemudian melakukan pendekatan kepada pihak yang mencetak generasi sarjana teknik, yang salah satunya adalah ITS. Rully menerangkan, ada perbedaan mendasar antara insinyur dengan sarjana teknik. ”Sarjana teknik merupakan lulusan perguruan tinggi dari jurusan teknik, sedangkan insinyur merupakan sarjana teknik yang sudah berpengalaman,” jelasnya.
Sehingga menurutnya perlu diadakan program sertifikasi di mana sarjana teknik diakui sebagai insinyur yang profesional. Tentu saja, berpengalaman menjadi kunci menuju ke arah sana. Untuk itu, RUU Keinsinyuran yang digodok dengan berbagai aspirasi ini bisa menjembatani langkah-langkah konkrit yang akan diambil. ”Sebagai contoh adanya pendidikan profesi, seperti Koass pada pendidikan dokter,” ujar Rully.
Selain itu, penjaringan aspirasi ini juga yang akan menentukan siapa yang berhak mengeluarkan sertifikat bagi para insinyur nantinya. Rully mengatakan hal tersebut masih dalam pertimbangan, bisa Perguruan Tinggi, lembaga sertifikasi, ataupun kerja sama antar keduanya.
Di dalam acara yang juga dihadiri oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Surabaya terkait, ITS menyambut hangat langkah tersebut. Pasalnya, selama ini perguruan tinggi justru lebih mengarah ke memproduksi operator dibandingkan dengan insinyur. ”Tentu saja kami sangat mendukung RUU Keinsinyuran ini, tujuannya sangat bagus, agar insinyur-insinyur kita lebih diakui dalam dunia internasional,” terang Prof Dr Ir Tri Yogi Yuwono DEA.
Rektor ITS tersebut mendukung sepenuhnya RUU Keinsinyuran ini. Ia berencana membuat program-program ITS yang sejalan dengan RUU tersebut. ”Jika saat ini hanya Jurusan Arsitektur yang terdapat pendidikan profesi, maka ke depannya kita akan berusaha agar pendidikan profesi juga diterapkan oleh seluruh jurusan di ITS ini,” pungkasnya. (oly/izz)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung