ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
30 Agustus 2013, 08:08

Manajemen Bencana, Diusulkan Masuk Kurikulum Sekolah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menurut Kriyo, pengetahuan manajemen bencana wajib diketahui oleh semua kalangan. Tak boleh pandang bulu, mulai dari anak-anak hingga dewasa harus memahaminya. ”Karena kita tidak tahu kapan bencana tersebut akan datang,” ujarnya.

Di Indonesia sendiri, pengetahuan masyarakat mengenai manajemen bencana sangat minim. Banyak yang masih bingung apa yang harus dilakukan ketika bahaya datang. Bukan hanya itu, masyarakat Indonesia terkadang juga masih ada yang mempercayai hal-hal mistis untuk mengatasi atau menghadang bencana. Misalnya tradisi larung sesaji di Pantai Selatan dan membuang kambing ke lautan Lumpur Lapindo agar semburannya berhenti. ”Bencana bukan hukuman Tuhan,” ungkap Kriyo.

Dr Irtiza, salah satu peserta asal Pakistan, menjelaskan kebudayaan di negaranya tak jauh berbeda dengan Indonesia. Banyak masyarakat yang masih awam mengenai manajemen bencana. Namun, hal tersebut mulai dikikis dengan adanya pencerdasan ke masyarakat.

Liadi Mudashiru, peserta asal Nigeria menambahkan bencana adalah kejadian nyata yang dapat dipejari gejalanya. Sehingga, agar semua orang dapat mengantisipasinya dengan cara yang tepat, pencerdasan sejak dini perlu dilakukan. ”Hal itu dapat dilakukan dengan memasukkan pengetahuan manajemen bencana ke dalam kurikulum sekolah,” tutur peserta yang menyelesaikan gelar doktornya di Inggris tersebut.

Sementara itu, untuk teknik manajemen bencana yang paling tepat ialah dengan mempelajari penyebabnya. Misalnya seperti banjir, sering terjadi karena kebiasaan masyarakat yang sering membuang sampah di sungai. Sehingga aliran air sungai jadi terganggu. ”Untuk mengantisipasinya harus menghentikan kebiasaan tersebut,” terang Liadi.

Berbeda untuk bencana dari gejala alam. Cara antisipasinya ialah dengan memahami tanda-tanda jika bencana tersebut terjadi. Selain itu, juga mengerti kemana arah menyelamatkan diri yang paling tepat. ”Jika bencana sudah terjadi, masyarakat harus tahu dimana letak titik evakuasi berada,” jelas Kriyo melanjutkan pernyataan Liadi.

Kriyo berharap, diskusi tentang teknik menejemen bencana ini tak berhenti sampai di sini saja. Lebih dari itu, kolaborasi dengan para doktor-doktor tersebut dapat berlanjut hingga menghasilkan karya nyata. ”Kami tadi berencana untuk membuat alat yang dapat mengawasi terjadinya bencana dari jarak jauh,” pungkas Kriyo ketika ditemui setelah kegiatan diskusi selesai. (ali/nir)

Berita Terkait