Sejumlah mahasiswa ITS mulai dikumpulkan sejak satu pekan sebelum Pilgub Jatim berlangsung. Dari usaha tersebut, didapatkan sebanyak 33 orang saksi independen dari mahasiswa. Uniknya, mahasiswa ITS yang ikut terjun mengawal Pilgub Jatim ini tidak hanya berasal dari Jatim saja. Beberapa orang yang berasal dari luar pulau jawa pun rela untuk menjadi suka relawan saksi independen.

Menurut Yoga Widhia Pradhana, Menteri Sosial Politik BEM ITS, pengawalan Pilgub ini merupakan bentuk komitmen mahasiswa melalui aksi yang nyata. Pasalnya, pada Jumat (7/6) perwakilan dari BEM ITS, Universitas Airlangga (UA), dan Universitas Brawijaya (UB) mendatangi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim. ”Di sana kami melakukan beberapa diskusi terkait Pilgub Jatim. Diantaranya, sosialisasi dan macam-macam pelanggaran yang ada di Pilgub,” terang Yoga.

Sebelum relawan melaksanakan tugas, mereka dibekali pengetahuan terkait Pilgub dan kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi. Yoga menambahkan, batas saksi independen dari ITS cukup sampai perhitungan surat suara di tempa pemungutan suara (TPS) saja. Hal tersebut untuk menghindari tindak kekerasan yang mungkin terjadi bila mahasiswa ikut mengantar surat suara hingga kecamatan daerah masing-masing.

Tak hanya itu, beberapa perlengkapan seperti jas almamater, kamera, surat delegasi, dan berita acara pun harus dibawa oleh tiap saksi. Menurut Yoga, berita acara tersebut digunakan untuk menindaklanjuti kecurangan yang mungkin terjadi untuk dilaporkan ke Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu). ”Kami juga mengadakan live tweet BEM ITS saat pengawasan di TPS dilakukan,” terangnya.

Beberapa Aksi Tidak Jadi
Sayangnya beberapa aksi yang direncanakan untuk menyemarakkan Pilgub Jatim tidak dilaksanakan. Hal tersebut disebabkan penyelenggaraan aksi yang bersamaan dengan aksi dari organisasi lain. Kedatangan calon dari keempat gubernur pun ditiadakan sebagai antisipasi BEM ITS jika ada atribut partai politik yang masuk ke dalam kampus.

Selain itu, permohonan TPS khusus di ITS ditolak oleh KPU Jatim. Pasalnya, dana yang digunakan untuk membuat TPS baru belum cukup. Sehingga mahasiswa yang berasal dari Jatim diharapkan kembali ke daerah masing-masing untuk ikut mencoblos. (sha/nir)