”Jalan ITS memang di desain bukan untuk pejalan kaki, namun untuk kendaraan. Sehingga harus ada jalanan khusus untuk pejalan kaki dan sepeda,” terang dosen di Jurusan Arsitektur tersebut. Menurutnya dengan adanya main spine, pejalan kaki akan merasa lebih nyaman berjalan kaki di area kampus ITS. Main spine sendiri adalah desain jalanan yang dibuat khusus untuk pejalan kaki dan sepeda.
Salah satu alasan yang mendorong Endy untuk menjalan penelitian yang telah didanai oleh ITS ini yakni untuk mendukung program eco campus yang telah dicanangkan. Menurutnya, dengan adanya main spine mahasiswa atau dosen tidak perlu membuang-buang bahan bakar minyak (BBM) untuk pergi ke tempat yang dituju dengan menggunakan zona luar jalur akademik.
”Bila main spine ini terwujud, kita dapat menempuh tempat yang dituju di ITS dengan berjalan kaki atau bersepeda lebih cepat dari pada melewati jalur luar dengan kendaraan bermotor,” ujar Endy.
Endy menjelaskan bahwa main spine sebenarnya sudah sempat dibuat. Namun, karena jalur tersebut melalui belakang gedung-gedung di ITS, membuat jalanan tersebut jarang diperhatikan. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya rumput liar yang tumbuh di jalanan yang telah di paving untuk main spine. ”Bila jalanan tersebut di rapikan kembali akan terlihat bagus. Mungkin kegiatan gugur gunung dapat diganti dengan mencabuti rumput tersebut,” saran pria berkacamata ini.
Main spain yang dibuat Endy dibagi menjadi tiga zona yakni A, B, dan C. Zona A yakni jalur yang dimulai dari bundaran ITS, Teknik Lingkungan, Teknik Sipil, Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Arsitektur ITS, Geomatika, dan berakhir di lapangan perpustakaan ITS. Sayangnya terdapat beberapa jalur yang masih belum dibuat dan butuh kerjasama dari berbagai macam pihak. Selain itu pohon-pohon di sepanjang jalur tersebut masih salah penempatan yakni di tengah jalan khusus pejalan kaki.
Selain itu ada juga Zona B yang menghubungkan lapangan perpustakaan ITS dengan Techno Park ITS. ”Namun, hal tersebut terkendala dengan desain lama dari lapangan. Padahal, bila bisa didesain ulang bisa ada jalur potong sehingga memudahkan pejalan kaki dan orang yang bersepeda,” terang Endy.
Sedangkan Zona C merupakan jalanan yang menghubungkan rektorat, FMIPA, dan berakhir di danau Teknik Elektro. Endy pun bermaksud untuk membuat gapura khusus yang dapat menjadi jalan keluar masuk dengan ditemani pemandangan danau yang indah.
Ia pun menambahkan bahwa, perlu ada perombakan agar banyak mahasiswa yang malah memilih berjalan kaki dan bersepeda untuk pergi ke kampus. ”Kenyamanan adalah hal yang paling penting. Tak hanya itu, waktu yang dibutuhkan untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain di ITS pun diusahakan agar dapat lebih cepat,” tutur Endy. (sha/izz)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung