Sejak pagi, Masjid Manarul Ilmi telah dipenuhi oleh anak-anak kecil dengan pakaian baju Muslim yang rapi. Mereka bukanlah anak-anak yang sembarangan. Melainkan mereka adalah penghafal Alquran cilik yang siap berlomba.
"Kegiatan ini kami adakan sebagai salah satu bentuk apresiasi bagi mereka yang sudah sanggup menghafalkan Al Quran, terutama juz 30," tutur Frans Sinatra, panitia acara. Menurutnya, usia dini bukan halangan untuk menuntut ilmu. Apalagi ilmu agama.
Kegiatan ini dibagi menjadi dua babak. Di babak penyisihan, total sebanyak 134 peserta dibagi menjadi empat tim. Sepuluh orang dari masing-masing tim mendapat kesempatan untuk diuji.
Dewan juri memberikan sebuah potongan ayat kepada peserta. Peserta dikatakan lolos jika mereka sukses melanjutkan bacaan dari potongan ayat tersebut dengan baik dan benar. Hanya sembilan orang terbaik yang berhak melaju ke babak final.
Di babak final, mekanisme perlombaan masih sama. Hanya saja tingkat kesulitan di babak tersebut jauh lebih sulit dari sebelumnya. Potongan ayat yang diberikan juga lebih banyak. Yaitu masing-masing satu ayat dari dua surat Alquran yang berbeda.
Ratusan pasang mata di dalam masjid tertuju pada kesembilan finalis. Persaingan di antara mereka sangat ketat. Hampir semua sukses melanjutkan potongan ayat yang telah diberikan dewan juri dengan baik dan benar.
Hafal Sejak Usia Dini
Farhan Pradana, siswa dari SDN Tanjungan Gresik akhirnya keluar sebagai juara pertama. Disusul oleh Aisyatur Rosyidah dari SD Muhamadiyah Gresik di posisi kedua. Sementara Fibran, anak didik SD Al Falah Darussalam, sukses menempati juara ketiga.
"Sangat senang dan tidak menyangka saya bisa menjadi juara," ujar Farhan. Ia mengatakan, tidak ada persiapan khusus untuk mengikuti perlombaan tersebut. Pasalnya, ia sendiri sudah hafal juz 30 sejak duduk di bangku kelas tiga SD.
Siswa kelas lima ini juga mengaku tidak merasa kesulitan saat mendapat soal yang diujikan oleh dewan juri. Baik di babak penyisihan maupun di babak final. "Harapannya bisa berlanjut untuk menghafal juz 29," terangnya.
Menurut anggota dewan juri Ahmad Zaki Zulfikar, Farhan punya beberapa kelebihan dari peserta lainnya. Ia lebih unggul dalam kelancaran dan kelantangan membaca ayat. "Bacaannya juga tepat dan bagus," jelasnya.
Namun Ahmad menegaskan bahwa seluruh peserta telah memiliki kemampuan yang sama baiknya. Masing-masing telah menunjukkan potensi mereka sebagai ‘bibit-bibit Qurani’. Ia berharap agar seluruh peserta tetap menjaga konsistensi. Menurutnya, inilah tantangan terbesar bagi para hafidz (penghafal Alquran, red). "Biasanya kalau sudah menginjak SMP atau SMA sering kali tidak konsisten. Bahkan hafalannya bisa lupa atau hilang," pungkasnya. (guh/lis)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung