Suasana begitu hening tercipta sesaat ketika Nuh naik ke atas mimbar. Ratusan pasang mata kini tertuju pada salah satu tokoh yang dulu juga pernah menjadi orang nomor satu di kampus perjuangan.
Dalam ceramahnya, Nuh menyampaikan tentang tiga konsep pendidikan yang ideal. Konsep tentang tilawah (membaca), tazkiyah (membersihkan), dan ta’limu (mempelajari). "Ketiga konsep itu saya dapat dari isi dua ayat Al quran yang saya renungkan, yaitu surat Al Baqarah 129 dan ayat 151," ujar Nuh.
Menurutnya, kedua ayat tersebut sangat coock jika diterapkan sebagai konsep pendidikan di Indonesia. Namun, ketiga konsep tersebut pernah ia ubah ke dalam bahasa yang lebih kompeten, yaitu kompetensi pengetahuan, sikap, dan juga keterampilan. "Tapi saat itu ada yang menolak, baik itu dengan alasan individu maupun politik," terangnya. Karena pendidikan saat ini bukan hanya bersifat akademis, namun juga politik.
"Saya tidak pernah kaget, karena saat itu pula saya teringat tentang kisah Nabi Nuh saat mengajak putranya untuk bergabung naik perahu saat akan tenggelam," jelasnya. Meski ditolak, Nuh tidak mempermasalahkan. Justru ia sangat yakin bahwa konsep ini akan dapat diterapkan di tahun 2045.
Selain konsep pendidikan, Nuh juga memberikan beberapa konsep tentang menjalin hubungan baik dengan orang lain. Ia mengibaratkan bahwa diri seseorang adalah rumah. Islam ibarat halaman rumah, yang masih bisa dilihat orang. Sedangkan iman adalah ruang tamu yang harus dimasuki dulu jika ingin mengetahuinya. "Sedangkan ihsan adalah kamar, dan wahid adalah sebuah barang yamg sangat berharga di dalam kamar tersebut," kata alumni jurusan Teknik Elektro ITS itu.
Jika ingin menjadi orang yang baik, ibarat rumah, Nuh menyarankan agar halaman rumahnya ditanami beberapa pohon. Yaitu pohon kejujuran, kebersihan, kedisiplinan, ilmu, kasih sayang, sabar dan syukur. "Jika itu diterapkan, maka setiap orang akan mencintai anda," tuturnya.
Beberapa karakter tersebut merupakan sebuah karakter dasar menuju sebuah kehidupan yang lebih baik. Hal itulah yang semestinya diterapkan dalam konsep pendidikan di negeri ini. Jika diaplikasikan dengan benar, maka pendidikan di Indonesia akan jauh lebih baik dari saat ini. Karena karakter-karakter tersebut langsung berasal dari hukum Allah.
Dikatakan Nuh, pendidikan merupakan sebuah cara dari seseorang untuk menuntut ilmu. "Menuntut ilmu itu wajib, karena Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu," ungkap pria yang juga pernah menjadi rektor ITS tersebut.
Karena itu. ia menyarankan kepada seluruh sivitas akademika ITS agar selalu menuntut ilmu diman apun mereka berada. Baik itu di dalam maupun di luar kampus. "Jadikan kampus dan masjid ini sebagai sarana pendidikan. Siapapun yang masuk, harus mendapatkan sesuaru yang baru ilmu yang baru," ujar Nuh. Karena mencari ilmu tidak hanya terpaku di dalam ruang kelas saja. (guh/ran)