Kuliah umum ini disampaikan oleh Prof Kiyohiro Kokarimai dari Toyo University, Jepang.Kiyohiro menyebutkan, bencana nuklir yang terjadi di perfektur Fukushima disebabkan oleh tsunami setinggi 13,1 meter yang menyapu daerah tersebut.
Bencana ini telah memakan lebih dari 1500 korban jiwa dan memaksa hampir 100 ribu orang untuk pindah. Selain Prefektur Fukushima, tsunami juga menghancurkan dua daerah lain yaitu Prefektur Miyagi dan Iwate.
Bencana tsunami ini menimbulkan efek domino yakni bocornya inti nuklir pada pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Jepang, Power Plant Fukushima. Sesaat setelah terjadi tsunami, air laut telah menggenangi hampir seluruh bagian dari daerah pembangkit listrik ini.
Sistem pendingin yang sedianya bekerja nyatanya tidak mampu beroperasi hingga membuat reaktor nuklir menjadi panas. Akibatnya, materi radiasi dalam volume yang sangat besar tersebar melalui udara dan air laut. ”Area yang sangat luas telah terkontaminasi oleh radiasi dari power plant Fukushima,” kata Kiyohiro.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi buruknya bencana di Fukushima. Kiyohiro menyebutkan bencana ini terjadi akibat kurangnya persiapan pemerintah Jepang dalam menanggulangi bencana yang akan terjadi. Kata Kiyohiro, pemerintah Jepang merasa terlalu yakin terhadap keamanan nuklir sehingga mengabaikan beberapa hal penting terkait pencegahan. ”Hal tersebut membuat pemerintah dan Tepco (Perusahaan Listrik Tokyo, red) abai. Buktinya tidak ada training terhadap pekerja mengenai kemungkinan terburuk yang bisa terjadi,” jelas Kiyohiro.
Kini setelah dua tahun berlalu. Bencana nuklir Fukushima masih menyisakan berbagai masalah. Pemerintah Jepang mencatat, setidaknya terdapat 2396 laporan mengenai kematian korban pasca bencana yang terjadi. Kematian tersebut disebabkan oleh tiga hal yakni trauma karena bencana, kelelahan mental dan fisik serta stres akibat ketidakpastian masa depan.
”Fakta lainnya, anak-anak di Fukushima menjadi lebih gemuk dari rata-rata nasional. Mereka takut bermain ke luar rumah karena takut terkena radiasi,” ujar Kiyohiro. (ram/izz)
Mojokerto, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pemberdayaan masyarakat melalui inovasi teknologi
Kampus ITS, ITS News — Guna mendukung gaya hidup sehat yang lebih intens, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi
Kampus ITS, ITS News – Retinopati Diabetik merupakan komplikasi diabetes yang berisiko tinggi menyebabkan kebutaan permanen jika terlambat ditangani
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mendukung penguatan kolaborasi akademik nasional melalui terpilihnya Prof Dr