ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
13 Mei 2013, 06:05

Pertanian dan Maritim Penggerak Ekonomi Kerakyatan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Acara ini menghadirkan tiga pembicara sekaligus, antara lain Faishal Basri, Drs Kresnayana Yahya MSc dan Ir Eko Nurmianto M Eng Sc. Pengamat ekonomi nasional, Faishal Basri mengatakan, ekonomi kerakyatan bukan jenis sistem baru melainkan konsep yang berorientasi kepada kesejahteraan rakyat. Selain itu aktivitas ekonomi yang meningkatan kualitas hidup masyarakat lebih dibutuhkan daripada sekedar mengejar nilai pertumbuhan.

Selama ini pemerintah terlalu membanggakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai angka lebih dari enam persen. Padahal pertumbuhan ini belum didukung dengan pemerataan pendapatan. ”Sektor yang menyokong pertumbuhan ekonomi sekarang bukan sektor yang dekat dengan rakyat, akibatnya yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin,” kata Faishal.

Faishal juga mengatakan, langkah yang bisa dan harus dilakukan untuk menolong perekonomian Indonesia saat ini adalah membuat kebijakan yang mendukung perkembangan sektor strategis. Beberapa sektor yang memerlukan perhatian khusus antara lain sektor pertanian dan maritim.

Kendati demikian, pengembangan sektor tersebut perlu didukung dengan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan rakyat Indonesia. Misalnya, rencana pembangunan Selat Sunda dinilai tidak sesuai dengan jati diri sebagai negara maritim. Menurut Faishal, pembangunan pelabuhan lebih penting daripada menciptakan jembatan.

”Laut kita yang sedemikian luas ini bisa jadi modal transportasi, kita perlu meningkatkan pembangunan pelabuhan sebagai pintu masuk distribusi,” kata mantan calon gubernur Jakarta ini.

Sementara di bidang pertanian, dosen Jurusan Statistika ITS, Kresnayana mengatakan bahwa inovasi teknologi dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Hal ini disebabkan karena di masa depan kebutuhan konsumsi pertanian akan semakin bertambah.

Pengembangan teknologi inilah yang menjadi tugas generasi muda untuk menciptakan inovasi dan gagasan baru.”45 persen penduduk masih mengandalkan sektor pertanian, sementara pertanian kita masih minim teknologi,” ungkap Kresnayana.

Presiden BEM ITS Zaid Marhi Nugraha  mengatakan, simposium ini diharapkan dapat membuka wawasan dan mengasah kepekaan. ”Kepekaan tentang kondisi ekonomi dan sosial politik ini mampu menambah wawasan kebangsaan kita,” kata mahasiswa yang akrab dipanggil Ari ini. (anl/fi)

Berita Terkait